JAKARTA – Google menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cukup besar, meningkat hingga 50 persen dalam lima tahun terakhir karena mengoperasikan pusat data untuk mentenagai teknologi kecerdasan buatan (AI).
Menurut laporan dampak lingkungan yang baru-baru ini dirilis Google, perusahaan teknologi tersebut telah melepaskan 14,3 juta metrik tok karbondioksida pada 2023 atau naik 13 persen dari tahun sebelumnya.
“Hasil ini utamanya disebabkan oleh peningkatan konsumsi energi pusat data dan emisi rantai pasokan. Seiring dengan semakin terintegrasinya AI dengan produk kami, mengurangi emisi mungkin akan menjadi tantangan karena meningkatnya permintaan energi yang berkaitan dengan kenaikan investasi infrastruktur teknis kami,” kata Google dalam laporannya, dilansir dari Engadget pada Jumat, 5 Juli 2024.
Seiring dengan tren pengembangan teknologi AI yang dilakukan sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, Amazon, Meta, dan Apple, permintaan akan energi pun semakin melonjak untuk mentenagai proses pelatihan AI.
Pada tahun 2023, peneliti di perusahaan rintisan AI Hugging Face dan Universitas Carnegie Mellon menemukan bahwa menghasilkan satu gambar menggunakan AI membutuhkan energi yang setara dengan mengisi daya ponsel pintar.
Analis di Bernstein mengatakan bahwa AI diprediksi menggandakan laju pertumbuhan permintaan listrik di Amerika Serikat dan total konsumsi energi akan melebihi pasokan yang tersedia saat ini dalam dua tahun ke depan.
“Memprediksi dampak lingkungan di masa depan karena AI adalah hal yang kompleks dan terus berkembang, dan tren historis kami kemungkinan tidak sepenuhnya menangkap lintasan masa depan AI,” kata Google.
Selain Google, Microsoft yang juga berkomitmen untuk mencapai netral karbon pada akhir dekade ini, melaporkan bahwa emisi gas rumah kacanya telah meningkat hampir 30 persen sejak tahun 2020 karena pembangunan pusat data. (TR Network)