JAKARTA – Krisis iklim global telah mendorong Lembaga – Lembaga internasional bergerak lebih cepat dalam upaya menekan emisi karbon di atmosfer.
Sejumlah lembaga keuangan global, mulai dari Citigroup Inc., HSBC Holdings Plc, Asian Development Bank (ADB), Prudential Plc, hingga BlackRock Inc, sedang menyusun rencana untuk membantu mempercepat penghentian operasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Asia, termasuk Indonesia.
Laporan Bloomberg, Rabu (4/8/2021), proposal yang dipimpin oleh Asian Development Bank (ADB) dan Prudential itu berencana menciptakan skema pembelian PLTU di negara berkembang di Asia dan menghentikannya dalam waktu 15 tahun, lebih cepat dari jadwal saat ini. Rencana tersebut pertama kali dilaporkan oleh Reuters.
“Dunia tidak mungkin mencapai target iklim Paris kecuali kita mempercepat penghentian dan penggantian listrik berbahan bakar batubara yang ada. Ini terutama di Asia di mana armada batubara yang ada besar dan muda, jika tidak dihentikan akan beroperasi selama beberapa dekade,” ujar Don Kanak, Chairman Prudential Insurance Growth Markets.
Dengan mengakuisisi dan menjalankan pembangkit listrik dengan biaya modal yang lebih rendah daripada yang saat ini tersedia untuk operator komersial, ADB dan mitra akan dapat menghasilkan keuntungan serupa dalam periode yang lebih singkat, memfasilitasi penutupan aset lebih awal, menurut laporan Reuters.
Wakil Presiden ADB untuk Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Ahmed M Saeed mengatakan, pendanaan untuk mekanisme transisi energi tersebut diharapkan datang dari lembaga publik dan swasta namun hingga kini target belum ditetapkan.
Pemberi pinjaman saat ini sedang berdiskusi dengan pemerintah di Vietnam, Indonesia, dan Filipina mengenai proposal tersebut, kata Saeed, dan kemungkinan akan ada pilot akuisisi PLTU tahun depan.
ADB berencana untuk mulai mengumpulkan dana pada konferensi iklim COP26 pada November mendatang.
Menurutnya, agar rencana itu berhasil, negara-negara perlu berkomitmen untuk tidak mengganti penggunaan batubara yang dihilangkan dengan bahan bakar fosil lainnya.
Jangka waktu untuk menutup aset PLTU akan memungkinkan perencanaan yang memadai dan membantu menghindari konsekuensi seperti daerah miskin yang tiba-tiba kehilangan akses ke pemanas.
Don Kanak menyebut proposal tersebut akan memungkinkan negara-negara berkembang untuk membuat kemajuan besar dalam mencapai target iklim dalam 10-15 tahun ke depan.
Sementara itu, pihak Citi dan BlackRock menolak berkomentar terkait hal ini. HSBC juga tidak segera menanggapi permintaan komentar Bloomberg melalui email. (ATN)