JAKARTA – Antartika disebut-sebut sebagai raksasa yang tertidur, namun kini mereka sedang dibangunkan oleh kekacauan iklim, demikian peringatan Sekretaris Jenderal PBB.
António Guterres berada di Antartika minggu ini, di mana dia melihat secara langsung bagaimana perubahan iklim berdampak pada benua paling selatan di dunia, yang sebagian besar tertutup es.
“Polusi bahan bakar fosil memanaskan planet kita, memicu anarki iklim di Antartika,” kata Guterres, seraya menambahkan bahwa Samudra Selatan telah mengambil sebagian besar panas dari pemanasan global.
“Itu berarti es mencair ke laut dengan kecepatan tinggi. Mencairnya es berarti permukaan laut naik dengan kecepatan tinggi,” jelasnya.
“Hal ini secara langsung membahayakan nyawa dan penghidupan masyarakat pesisir di seluruh dunia. Artinya, rumah tidak lagi dapat diasuransikan. Dan hal ini mengancam keberadaan beberapa negara kepulauan kecil.”
Melepaskan bencana di seluruh dunia
Es laut Antartika berada pada titik terendah sepanjang masa. Angka baru menunjukkan bahwa pada bulan September ini, luas wilayah tersebut lebih kecil 1,5 juta kilometer persegi dibandingkan rata-rata sepanjang tahun – “luasnya kira-kira seluas gabungan Portugal, Spanyol, Prancis, dan Jerman.”
Guterres mencatat bahwa lapisan es Greenland juga mencair dengan cepat, kehilangan lebih dari 250 gigaton es setiap tahunnya.
“Semua ini berarti bencana di seluruh dunia. Apa yang terjadi di Antartika tidak hanya terjadi di Antartika. Dan apa yang terjadi ribuan mil jauhnya mempunyai dampak langsung di sini,” katanya.
Batasi kenaikan suhu
Sekretaris Jenderal mengimbau para pemimpin dunia yang menghadiri konferensi perubahan iklim COP28 di Dubai minggu depan untuk bertindak sekarang guna membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius.
Dia juga mendesak mereka untuk melindungi manusia dari kekacauan iklim, dan mengakhiri era bahan bakar fosil, dengan mengatakan “kita tidak boleh membiarkan semua harapan untuk planet yang berkelanjutan hilang begitu saja.”
Sekjen PBB akan mengunjungi pangkalan penelitian Profesor Julio Escudero pada hari Sabtu di mana dia akan diberi pengarahan oleh para ilmuwan. (UN News)