JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus berinovasi dalam mengembangkan strategi ketahanan energi dan pangan yang berkelanjutan dengan pendekatan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) serta pengolahan sampah plastik sebagai sumber energi alternatif. Strategi ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan pangan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.
Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Nugroho Adi Sasongko, menekankan bahwa pendekatan LEISA sangat penting dalam menciptakan sistem pertanian ramah lingkungan. LEISA mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis dengan memaksimalkan efisiensi sumber daya alam, sehingga meningkatkan produktivitas pertanian tanpa merusak ekosistem.
“Dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular, kita dapat mendukung 17 pilar Sustainable Development Goals (SDGs) melalui pelestarian sumber daya alam, pengurangan limbah, dan peningkatan ketahanan ekonomi,” ujar Nugroho dikutip Jumat, 8 November 2024.
Ia juga menambahkan bahwa pendekatan ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mengembangkan produk berbasis sumber daya lokal, terutama di kawasan pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim.
BRIN bersama BRIDA Jawa Tengah dan Kota Semarang mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik yang dikenal sebagai PETASOL. Teknologi ini mengubah plastik bekas menjadi bahan bakar yang setara dengan minyak solar, yang bisa digunakan untuk mesin-mesin pertanian. Inovasi ini tidak hanya mengurangi sampah plastik tetapi juga menyediakan energi alternatif yang ramah lingkungan.
Menurut Nugroho, program PETASOL dapat menjadi solusi bagi masalah sampah plastik yang kian meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi. Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan sampah plastik untuk mendukung ketahanan energi secara berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dalam bidang ketahanan pangan, BRIN juga mengembangkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi di lahan kurang produktif. Contohnya adalah peningkatan produksi bawang merah di lahan tidur perkotaan dan penanaman padi di lahan salin di pesisir utara, yang sering terdampak intrusi air laut. Dengan benih padi tahan salinitas dan teknologi LEISA, produktivitas pertanian di lahan ini dapat ditingkatkan.
Nugroho menegaskan pentingnya dukungan masyarakat dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan dan pengelolaan sampah plastik untuk ketahanan pangan dan energi.
“Mari kita bersama-sama mendukung teknologi pertanian ramah lingkungan dan pengelolaan sampah plastik. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan sistem yang lebih efisien, mengurangi limbah, dan melindungi lingkungan bagi generasi mendatang,” ujar Nugroho.
Melalui inovasi dan kolaborasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, dan berbagai pihak terkait, BRIN berharap pendekatan ini dapat meningkatkan ketahanan pangan dan energi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan di Indonesia. (TR Network)