JAKARTA – Sebuah terobosan besar datang dari periset Indonesia untuk mengatasi sampah laut di kawasan Asia Pasifik. Pasalnya, sampah laut saat ini telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem maritim global.
Inovasi kapal tersebut dipaparkan oleh Handy Chandra, periset Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia, pada acara EnviroTalk edisi ke-39 yang berlangsung Rabu, 20 November 2024.
Dalam acara itu, ia memaparkan beragam inovasi kapal yang dirancang untuk mengelola sampah laut secara efisien, mulai dari kapal pemungut sampah hingga kapal dengan teknologi pengolahan di atas kapal (onboard processing).
“Teknologi modern memungkinkan kapal tidak hanya menjadi alat transportasi, tetapi juga sebagai solusi pengelolaan sampah laut yang langsung dan efektif,” ujar Handy dalam paparannya yang berjudul Vessel Innovation to Combat Marine Debris: APEC Lesson Learned.
Menurut Handy, vessel innovation dapat menjadi kunci dalam menangani sampah laut, terutama di negara-negara APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Untuk itu, Ia menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara, terutama di kawasan Asia Pasifik, untuk mendukung adopsi teknologi ini secara luas.
Lebih lanjut, Handy memaparkan beberapa inovasi kapal yang telah diujicobakan, di antaranya Marine Debris Collector Vessels, yaitu kapal yang dilengkapi dengan perangkat penyaring dan lengan mekanik untuk mengumpulkan sampah plastik dari perairan. Ada pula kapal dengan sistem pengolahan Onboard, yaitu kapal dengan teknologi pengolahan sampah secara langsung di atas kapal, yang mengurangi pembuangan di darat.
Selain itu, ada juga kapal yang dikembangkan dengan memanfaatkan bahan ramah lingkungan berbahan dasar komposit ringan dan material yang lebih tahan lama.
Namun, Handy mengakui bahwa pengembangan teknologi kapal inovatif ini juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti biaya pengembangan teknologi yang tinggi, kurangnya regulasi pendukung, dan keterbatasan infrastruktur di beberapa negara.
Untuk mengatasinya, ia mendorong forum diskusi antarnegara di kawasan APEC guna berbagi pengalaman dan strategi implementasi inovasi kapal ramah lingkungan.
Selain persoalan teknologi, Handy juga menyoroti peran penting masyarakat dalam menjaga kelestarian laut.
Menurutnya, solusi inovasi ini tidak harus menggunakan kapal baru, kapal-kapal tradisional yang ada seperti kano juga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membersihkan laut.
Inovasi kapal ini diharapkan menjadi langkah konkret untuk mengurangi sampah laut dan melindungi ekosistem maritim demi generasi mendatang.
“Harapannya, riset kita tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tutup Handy. (TR Network)