SEOUL – Lembaga keuangan iklim terbesar di dunia, Green Climate Fund (GCF) telah menyetujui pendanaan iklim senilai US$686,8 juta. Dana itu akan dialokasikan untuk membantu negara berkembang mengatasi dampak perubahan iklim.
Lembaga yang berbasis di Seoul, Korea Selatan (Korsel) itu mengatakan, investasi itu akan membantu mitra-mitra lain untuk berinvestasi.
Mereka mengumpulkan sekitar US$1,5 miliar untuk 11 proyek di 42 negara, yang akan membantu sekitar 115 juta orang. Salah satunya proyek untuk memperkuat ketahanan hutan di Serbia dan meningkatkan ketahanan masyarakat-masyarakat rentan bencana iklim di Togo. Sebagian besar portofolio GCF yang mencapai US$17 miliar berasal dari dana hibah.
“Dalam masa sulit ini, GCF menunjukkan bagaimana negara-negara dapat menegaskan kembali komitmen individu dan kolektif mereka untuk mempercepat dukungan pada masyarakat rentan iklim,” kata anggota dewan GCF Leif Holmberg, dikutip pada Senin, 24 Februari 2025.
Holmberg mengatakan, meningkatkan akses ke keuangan pada garis depan krisis iklim tetap menjadi prioritas utama bagi Dewan GCF. Juru bicara lembaga itu mengatakan keputusan dewan GCF diambil setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menurunkan bantuan keuangan pada GCF, salah satu dampak terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS.
Selain mengumumkan pendanaan baru, dewan GCF sepakat untuk membangun “kehadiran regional” untuk lebih dekat pada negara-negara yang mereka layani. GCF juga berencana menambah proyek-proyek dampak iklim.
“Bila aksi iklim merupakan aksi lokal, yang memang seperti itu, maka Green Climate Fund juga harus melokal, tidak hanya sebagai sumber pendanaan tapi juga sebagai mitra kerja di lapangan,” kata Direktur Eksekutif GCF Mafalda Duarte.
Sebagian besar investasi GCF sekitar 38 persen digelontorkan ke Afrika. Sekitar 32 persen ke Amerika Latin, 27 persen ke Karibia, 27 persen ke Asia Pasifik dan tiga persen ke Eropa Timur, Tengah dan Timur Tengah. (TR Network)