JAKARTA – Inggris tercatat sebagai negara pertama di G20 yang berhasil memangkas emisi karbonnya dalam skala besar.
Berdasarkan data Global Carbon Project, mitra penelitian program World Climate Research, emisi CO2 di Inggris kini turun 52 persen dibandingkan puncaknya pada tahun 1970an.
Data yang diperbarui bulan lalu, emisi Inggris dari produksi energi fosil mencapai 319 juta ton pada tahun 2022, turun dari 660 juta ton pada tahun 1971. Hingga akhir tahun 2010, Inggris masih mengeluarkan lebih dari 500 juta ton setiap tahunnya.
“Inggris adalah negara pertama di G20 yang berhasil mengurangi separuh emisi karbonnya. Kami adalah pemimpin dunia dalam mengatasi perubahan iklim,” kata Sekretaris Negara untuk Keamanan Energi dan Net Zero, Claire Coutinho, seperti dilansir Brisbane Times, Rabu (27/12/2023).
Coutinho membagikan analisis data tersebut dalam postingan blog majalah The Spectator yang pertama kali menyoroti angka-angka tersebut.
Menurut data tersebut, Inggris pertama kali mencapai tonggak sejarah pengurangan emisi hingga separuhnya pada tahun 2020 ketika negara tersebut melakukan lockdown, namun data menunjukkan bahwa Inggris kini telah mencapai target tersebut pada tahun normal ketika perekonomian tidak lumpuh karena pandemi.
Puncak emisi setiap negara berbeda-beda tergantung perekonomian atau keadaan masing-masing negara, namun pada periode yang sama, emisi di AS telah meningkat dari 4.366 juta ton menjadi 5.057 juta ton. Emisi AS mencapai puncaknya pada tahun 2005 sebesar 6132 juta ton.
Emisi Perancis berada di bawah Inggris yaitu sebesar 298 juta ton, namun hanya turun dari puncaknya sebesar 539 juta ton pada tahun 1973. Sementara Jerman menghasilkan 666 juta ton, turun dari 1.118 pada tahun 1979.
Sebaliknya, emisi dari negara-negara berkembang terus meningkat. Emisi di China kini mencapai 11,397 juta ton dibandingkan dengan 808 pada tahun 1970 dan 3649 pada tahun 2000. Begitupun emisi India sekarang mencapai 2.830 dibandingkan dengan 182 pada tahun 1970 dan 978 pada tahun 2000.
Data tersebut muncul ketika Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak merombak kebijakan pemerintah yang bertujuan memenuhi target pengurangan emisi karbonnya menjadi nol bersih (net zero) pada tahun 2050.
Sunak telah mencabut larangan penjualan mobil diesel dan bensin baru dari tahun 2030 hingga 2035 dan membatalkan rencana peraturan efisiensi energi yang lebih ketat bagi tuan tanah. (TR)