MANGUPURA – Kawasan pariwisata Jimbaran, Nusa Dua, Bali dirancang sebagai pusat pariwisata hijau dan berkualitas dengan kolaborasi antara pelaku pariwisata, seniman dan warga setempat.
CEO Jimbaran Hijau dan Founder JIMBAFEST Putu Agung Prianta menjelaskan Jimbaran dan kawasan Bukit Nusa Dua dulu dikenal sebagai daerah kering, kekurangan air, panas. Konsep Jimbaran Hijau, dengan banyak menanam pohon untuk penghijauan berupaya mengubah citra kawasan Selatan dari daerah kering menjadi hijau.
“Kami terus mencoba yang terbaik untuk menghijaukan Jimbaran, kami menargetkan Jimbaran sebagai pusat pariwisata hijau dan quality tourism (pariwisata berkualitas di Bali,” jelas Agung Prianta kepada media dikutip Minggu, 27 Oktober 2024.
Jimbaran hijau juga dijadikan pusat kolaborasi para pelaku pariwisata, seniman dan masyarakat untuk menyuarakan kekhawatiran terhadap pembangunan atau investasi di industri pariwisata Bali yang semakin tidak terkendali, seperti pembangunan properti yang tidak lagi memperhatikan lingkungan, mengikis lahan produktif dan masalah warga asing yang melakukan berbagai pelanggaran di Bali.
Jimbaran Hijau juga mewadahi para seniman melalui JIMBAFEST, Agung menjelaskan JIMBAFEST 2024 yang menampilkan ekspresi karya seni rupa, pertunjukan musik, dan kekuatan komunitas Bali kali ini akan menyampaikan dan menggambarkan kondisi alam dan budaya Bali tersebut secara jujur melalui perspektif seni.
“Kami berharap setiap karya yang dihadirkan dalam JIMBAFEST akan berbicara dan menggugah kesadaran tentang keindahan sekaligus tantangan yang dihadapi Bali saat ini,”ujar Agung.
Salah satu ekspresi kreatif seniman yang ditunjukkan dalam JIMBAFEST 2024 adalah pameran seni rupa “Crisis”, yang melibatkan karya-karya dari 13 seniman dengan menawarkan penafsiran mendalam mengenai permasalahan dan tantangan yang tengah dihadapi Bali maupun situasi global.
Seniman dari Indonesia yang menampilkan karyanya antara lain Made Wianta, Made Bayak, Gilang Propagila, Jango Pramartha, Wayan Upadana dan Arkiv Vilmansa. Adapun seniman dari Australia yang ikut berpartisipasi antara lain Paul Trinidad, Jon Terry, Jerremy Blank, Antony Muia, dan Vladimir Todorovic. Lalu ada juga Stephan Spicher yang merupakan seniman asal Switzerland.
Kurator Crisis Visual Art Exhibition Yudha Bantono menjelaskan karya-karya seniman yang terlibat dalam pameran kesemuanya menunjukkan kekuatan dalam membawa gagasan penting bagi isu keberlanjutan Bali dan juga dunia.
Selain bertujuan untuk membangun ruang berkomunikasi yang kritis dan sebagai pengingat, pameran ini diharapkan dapat membangun ruang kesadaran bagi pengunjung JIMBAFEST 2024 maupun masyarakat Bali yang lebih luas.
“Melalui karya-karya ini, diharapkan khalayak luas dapat memahami makna di balik tindakan seniman dan merespons situasi global yang tidak selalu tampak, tetapi memiliki dampak signifikan,” ujar Yudha. (TR Network)