JAKARTA – Kawasan Konservasi Kepulauan Seribu menghadapi ancaman sampah dari berbagai arah.
Menurut Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Ahmad Munawir, dalam beberapa periode tertentu sampah yang berasal dari daratan utama dapat terbawa sampai ke kawasan konservasi tersebut dan menutup garis pantai.
“Kalau dipenuhi dengan sampah, pasti penyu tidak akan bertelur di situ, ini yang menjadi kendala utama. Dampaknya juga terjadinya kematian tanaman pantai, termasuk mangrove, dan juga terumbu karang,” kata Ahmad usai peresmian Rumah Penyu di Suaka Margasatwa Pulau Rambut di Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat, 29 November 2024.
Suaka Margasatwa Pulau Rambut sendiri memiliki posisi penting dalam upaya konservasi, termasuk menjadi kawasan berkembang biak bangau bluwok (Mycteria cinerea) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) yang keberadaannya masuk dalam daftar satwa terancam punah versi daftar merah IUCN.
Kawasan konservasi itu menjadi rumah itu 95 spesies satwa dan 31 spesies biota laut, termasuk beberapa jenis yang dilindungi lain selain penyu sisik dan bangau bluwok.
Ahmad mengatakan, persoalan sampah diakui sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah sendiri, dan butuh kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai yang pada akhirnya dapat berakhir ke lautan. Terutama sampah-sampah yang berasal dari wilayah sekitar Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
“Kami sangat berharap sampah-sampah bisa dikelola dengan baik di hulu, janganlah dibuang ke sungai, karena kalau dibuang ke sungai pasti bermuara ke laut. Dan pulau yang paling dekat dari sana adalah pulau ini, sehingga pasti sampah-sampah akan sampai di sini dan akan sangat mengganggu biodiversitas yang ada di sini,” ujarnya. (TR Network)