JAKARTA – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui UN Tourism baru saja mengumumkan 55 desa wisata di dunia sebagai “The Best Tourism Village 2024”. Pemenang ini dipilih dari 260 nominasi yang diterima UN Tourism dari lebih 60 negara anggota.
Dilansir dari laman resmi UN Tourism, terdapat dua desa wisata di Indonesia yang memenangi penghargaan desa wisata terbaik tersebut. Kedua desa ini adalah Desa Jatiluwih, Bali dan Desa Wukirsari, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Perlu diketahui, ada sembilan poin yang menjadi penilaian dalam penghargaan desa wisata terbaik ini.
Pertama, ada sumber daya budaya dan alam; kedua, ada promosi dan konservasi sumber daya budaya; ketiga, ada keberlanjutan ekonomi; keempat, ada keberlanjutan sosial; dan kelima ada keberlanjutan lingkungan.
Keenam, ada pengembangan pariwisata dan integrasi rantai nilai; ketujuh ada tata kelola dan prioritas pariwisata; kedelapan ada infrastruktur dan konektivitas; serta kesembilan ada kesehatan, keselamatan, dan keamanan.
Menurut Sekretaris Jenderal UN Tourism Zurab Pololikashvili, pariwisata adalah sesuatu yang penting untuk inklusi dan pemberdayaan masyarakat untuk melindungi serta menghargai warisan kebudayaan, sembari mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
“Kami merayakan desa-desa yang telah merangkul pariwisata sebagai jalur menuju pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat, yang menunjukkan bahwa praktik berkelanjutan dapat menghasilkan masa depan yang lebih cerah bagi semua,” tuturnya, seperti dikutip dari UN Tourism, pada Senin, 18 November 2024.
Berikut 2 desa wisata terbaik di Indonesia yang meraih penghargaan “The Best Tourism Village 2024”:
1. Desa Jatiluwih, Bali
Destinasi ini terletak di lereng Gunung Batukaru, yang terkenal dengan warisan budaya dan pemandangannya. Desa yang sudah diakui UNESCO sebagai situs Warisan Budaya Dunia ini adalah rumah bagi sistem irigasi Subak, yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Sebagai desa wisata, Jatiluwih memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk terlibat dalam praktik pertanian tradisional dan belajar tentang pentingnya sistem irigasi Subak.
Saat ini Desa Jatiluwih sedang dikembangan menjadi “Museum Hidup Warisan Budaya”. Inisiatif ini dilakukan untuk menciptakan platform interaktif bagi pengunjung untuk mengalami dan belajar tentang adat istiadi setempat, praktik pertanian, hingga ritual tradisional.
Untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan, Jatiluwih mengintegrasikan agriwisata dalam strateginya. Dengan ini, Jatiluwih memiliki program, tur edukasi dan kegiatan langsung di sawah, bersama dengan pengalaman kuliner yang menonjolkan produk lokal untuk para pengunjung.
2. Desa Wukirsari, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Desa yang berlatar belakang perbukitan dan lembah ini dikenal dengan warisan pembuatan batiknya. Desa ini melestarikan seni tradisionalnya sembari memprioritaskan dan memberdayakan penduduk setempat dan juga pengunjung.
Sebagai desa wisata, Wukirsari memberikan pengalaman bagi pengunjung untuk mengikuti lokakarya batik secara langsung. Dengan aktif mempromosikan pembuatan batik sebagai pengalaman wisata budaya, desa ini berhasil menumbuhkan kebanggan dan partisipasi di masyarakat.
Tak hanya itu, desa yang hanya 17 kilometer di selatan Yogyakarta ini telah menjadi model pariwisata berkelanjutan dengan inisiatif “Becik Resik Karangkulon” atau pengelolaan sampah dan kebijakan nol plastik.
Mereka menggunakan daun dan pembungkus alami untuk menghindari plastik, serta menekankan konservasi air dan perlindungan keanekaragaman hayati. Selain itu, Wukirsari juga memiliki sistem manajemen mutu berdasarkan pedoman ISO 9001:2015, sehingga pengunjung merasakan masa inap yang terorganisir, ramah, dan berkesan. (TR Network)