JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (12/7/2021) meluncurkan draf teks pertama yang akan menjadi inti dari negosiasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) keanekaragaman hayati COP15 yang ditetapkan pada Oktober.
Tujuannya melestarikan setidaknya 30 persen dari spesies daratan dan lautan dan sejumlah target keanekaragaman hayati lain.
Rancangan yang merupakan hasil diskusi online selama berbulan-bulan tersebut, memetakan rute bagi umat manusia untuk hidup selaras dengan alam pada 2050.
Namun para aktivis lingkungan menyuarakan skeptisisme bahwa teks tersebut akan bertahan dalam proses negosiasi tingkat tinggi pada KTT nanti.
Para aktivis telah bertahun-tahun menyerukan kesepakatan global untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, mirip dengan yang ditetapkan Perjanjian Paris untuk iklim.
Dengan lebih dari satu juta spesies menghadapi kepunahan dan dunia gagal memenuhi target pelestarian alam yang ada, kebutuhan kesepakatan di antara hampir 200 negara yang ambil bagian dalam pembicaraan itu mendesak.
Rancangan tersebut menguraikan 21 target dan 10 tonggak sejarah yang akan dicapai pada 2030 untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Ini termasuk memulihkan setidaknya 20 persen ekosistem yang terdegradasi dan memastikan bahwa kawasan liar yang ada tetap dipertahankan.
Setidaknya 30 persen spesies darat dan laut juga harus dilindungi melalui kawasan konservasi. Kerangka kerja ini juga menyerukan praktik pertanian dan perikanan yang lebih berkelanjutan, serta menghilangkan pembuangan limbah plastik.
“Tindakan kebijakan yang mendesak secara global, regional, dan nasional diperlukan untuk mengubah model ekonomi, sosial, dan keuangan sehingga tren yang telah memperburuk hilangnya keanekaragaman hayati akan stabil pada 2030 dengan perbaikan pada 2050,” kata Kepala Keanekaragaman Hayati PBB, Elizabeth Maruma Mrema. (ATN)