PARIS – Hasil penelitian terbaru mengungkapkan penyusutan es laut Antartika yang memecahkan rekor pada tahun 2023 meningkatkan frekuensi badai di wilayah baru yang terbuka di Samudra Selatan.
Para ilmuwan sudah mengetahui pencairan es laut Antartika dapat menurunkan populasi pinguin, mengakibatkan lapisan es meleleh di perairan yang lebih hangat, dan menurunkan kemampuan Samudera Selatan menyerap karbon dioksida.
Namun, penelitian baru yang diterbitkan di jurnal Nature ini mengeksplorasi konsekuensi lain, yaitu peningkatan kehilangan panas dari laut ke atmosfer, dan peningkatan badai yang terkait.
Dalam penelitian ini, Simon Josey dari Pusat Oseanografi Nasional Inggris dan rekan-rekannya fokus pada tiga wilayah di Antartika yang mengalami pencairan terbanyak pada tahun 2023. Mereka menggunakan citra satelit, data laut dan atmosfer dan pengukuran angin dan suhu.
Para peneliti menemukan beberapa wilayah yang mengalami pencairan, kehilangan panas dua kali lipat lebih banyak dibandingkan periode yang lebih stabil sebelum 2015. Para peneliti menambahkan hal ini disertai dengan “peningkatan frekuensi badai atmosfer” di wilayah yang sebelumnya tertutup es.
“Di wilayah yang mengalami penyusutan es, frekuensi badai pada bulan Juni–Juli meningkat hingga 7 hari per bulan pada tahun 2023 dibandingkan dengan 1990–2015,” kata para peneliti seperti dikutip dari The Japan Times, Rabu, 26 Desember 2024.
Para peneliti menambahkan, hilangnya panas dari laut dapat mengakibatkan pencairan lapisan es yang akhirnya berimplikasi pada sirkulasi laut dan sistem iklim yang lebih luas. Laut merupakan pengatur iklim dan penyerap karbon yang sangat penting.
Laut menyerap lebih dari 90 persen panas berlebih yang terperangkap emisi gas rumah kaca di atmosfer. Penyusutan es juga dapat mengubah cara lapisan es yang lebih dalam, menyerap dan menyimpan panas.
Para peneliti mengatakan masih diperlukan analisis mendalam tentang dampak penyusutan es di Antartika terhadap iklim, Termasuk apakah penyusutan es dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih besar.
“Kondisi lapisan es yang rendah secara berulang pada musim dingin berikutnya akan memperkuat dampak ini dan juga kemungkinan akan menyebabkan perubahan besar di tempat yang lebih jauh, termasuk daerah tropis dan Belahan Bumi Utara,” kata mereka. (TR Network)