JAKARTA – Para ilmuwan yang tergabung dalam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) iklim mendengungkan bahwa planet bumi akan memanas hingga 1,5 derajat Celcius dalam dua dekade mendatang tanpa langkah drastis untuk menghilangkan polusi gas rumah kaca yang bersumber dari emisi karbon.
Temuan dari kelompok yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga menyatakan dekade terakhir kemungkinan besar lebih panas daripada periode mana pun dalam 125.000 tahun terakhir, ketika permukaan laut lebih tinggi 10 meter. Pembakaran dan penggundulan hutan juga telah meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi daripada yang terjadi dalam dua juta tahun. Pertanian dan bahan bakar fosil telah berkontribusi pada tingkat metana dan nitro oksida lebih tinggi daripada titik mana pun dalam setidaknya 800.000 tahun.
IPCC mendengungkan hal itu untuk pertama kalinya tentang tanggung jawab total aktivitas manusia atas kenaikan suhu bumi. Para ilmuwan memperkirakan tren pemanasan tidak akan berakhir sampai emisi berhenti.
“Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh manusia telah menghangatkan atmosfer, lautan, dan daratan,” demikian laporan dan penilaian sains global yang ditulis oleh IPCC, Senin (9/8/2021).
Menurut IPCC, ambang batas pemanasan 2 derajat Celcius akan dilampaui selama abad ke-21 tanpa pengurangan emisi yang signifikan dalam beberapa dekade mendatang.
Laporan itu ditulis oleh lebih dari 200 ilmuwan yang mencerna ribuan penelitian, dan ringkasannya telah disetujui oleh delegasi dari 195 negara. Lebih dari perkiraan atau catatan lainnya, tekad laporan ini menetapkan konsensus global yang kuat jelang pembicaraan iklim internasional COP26 PBB.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB mengatakan dokumen itu adalah kode merah untuk kemanusiaan.
“Laporan ini harus membunyikan lonceng kematian untuk batubara dan bahan bakar fosil sebelum mereka menghancurkan planet kita,” katanya.
Serangkaian bencana akibat perubahan iklim telah melanda dunia dalam beberapa bulan terakhir.
Musim panas di belahan bumi utara telah dirusak oleh banjir besar di seluruh Eropa dan China, serta kekeringan yang mengkhawatirkan dan permulaan awal kebakaran hutan besar di AS Barat dan Kanada. Salah satu tempat terdingin di planet ini, Siberia, telah mengalami panas yang parah dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan juga meluas di Yunani. Hampir semua ini dapat dikaitkan dengan pengaruh manusia.
IPCC menemukan bahwa efek gabungan dari aktivitas manusia telah meningkatkan suhu rata-rata global sekitar 1,1 derajat Celcius di atas rata-rata akhir abad ke-19. Kontribusi faktor alam terhadap pemanasan global, seperti matahari dan gunung berapi, diperkirakan mendekati nol.
Faktanya, manusia telah membuang cukup banyak gas rumah kaca ke atmosfer untuk memanaskan planet bumi sebesar 1,5 persen Celcius, menurut laporan tersebut, tetapi polusi partikel halus dari bahan bakar fosil memberikan efek pendinginan yang menutupi sebagian dampaknya.
Dalam penilaian kelima, yang diterbitkan pada 2013, ilmuwan sukarelawan IPCC memperkenalkan gagasan “anggaran karbon”, menetapkan batas atas jumlah karbon dioksida yang dapat ditambahkan ke atmosfer sebelum menembus ambang batas suhu tertentu.
“Sekarang kami lebih percaya pada angka-angka itu,” kata Joeri Rogelj, dosen perubahan iklim dan lingkungan di Imperial College London dan salah satu penulis laporan tersebut.
“Kesempatan kita untuk menghindari dampak bencana yang lebih besar memiliki tanggal kadaluwarsa,” kata Helen Mountford, wakil presiden iklim dan ekonomi di World Resources Institute.
Dia melanjutkan, laporan itu menyiratkan bahwa dekade ini benar-benar kesempatan terakhir manusia untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius.
“Jika kita secara kolektif gagal mengekang emisi gas rumah kaca dengan cepat pada 2020-an, tujuan itu akan lepas dari jangkauan,” tandasnya. (ATN)