JAKARTA – Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan Kementerian Kehutanan Indonesia menyelenggarakan “Simposium Orangutan: Mendorong Upaya Konservasi Orangutan di Indonesia” untuk memperkuat upaya kolaboratif dalam melindungi spesies Orangutan dan habitatnya.
Kegiatan ini menghadirkan para pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta, akademisi, dan organisasi yang bergerak di bidang konservasi keanekaragaman hayati untuk memajukan strategi konservasi Orangutan.
“Amerika Serikat berkomitmen untuk melindungi spesies Orangutan ikonik Indonesia melalui kemitraan yang kuat, kami mendorong mitra sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi nonpemerintah untuk bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam menjaga populasi orangutan dan habitatnya,” kata Direktur Misi USAID Indonesia Jeff Cohen, dalam siaran pers USAID, dikutip Minggi, 15 Desember 2024.
Simposium ini merupakan langkah penting dalam komitmen USAID untuk mendukung Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 pemerintah Indonesia, yang mencakup konservasi Orangutan.
Sejak 2001, melalui USAID, Amerika Serikat menginvestasikan lebih dari US$50 juta untuk melindungi Orangutan Indonesia dan habitatnya, sebagai bagian dari komitmen yang lebih luas terhadap pengelolaan sumber daya alam. Kemitraan AS dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk melestarikan dan melindungi hutan tropis Indonesia telah melindungi 6,5 juta hektar habitat Orangutan.
Indonesia adalah rumah bagi populasi primata paling beragam di dunia, dengan 70 persen spesies primata yang terancam punah. Tiga di antaranya adalah spesies orangutan asli Indonesia, yaitu Pongo abelii (Orangutan Sumatera), Pongo tapanuliensis (Orangutan Tapanuli), dan Pongo pygmaeus (Orangutan Kalimantan) dengan perkiraan jumlah populasi 70.000 satwa.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, yang memiliki berbagai habitat, ekosistem, dan spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Keanekaragaman hayati yang kaya ini menghadapi ancaman yang semakin meningkat dari praktik tidak berkelanjutan dan perdagangan satwa liar ilegal.
“Pendekatan kolaboratif sangat penting dalam melindungi keanekaragaman hayati Indonesia, yang juga akan berkontribusi pada pengurangan perdagangan satwa liar,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem di Kementerian Kehutanan Satyawan Pudyatmoko.
Keberhasilan konservasi Orangutan di Indonesia membutuhkan kolaborasi aktif antara bisnis swasta, pemerintah daerah, dan masyarakat, terutama yang berlokasi di dekat kawasan hutan.
Profesor Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, dan pakar satwa liar serta ahli biologi konservasi Jatna Supriatna menekankan pentingnya kolaborasi akar rumput untuk melindungi habitat orangutan melalui pengembangan ekowisata sebagai contoh insentif inovatif.
“Pengembangan pariwisata berkelanjutan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan tidak hanya akan berkontribusi pada perlindungan habitat orangutan tetapi juga memberikan nilai tambah sosial dan ekonomi bagi masyarakat,” kata Jatna.
Melalui USAID, Amerika Serikat terus bermitra dengan Indonesia dalam konservasi orangutan. USAID saat ini mendukung berbagai inisiatif konservasi, termasuk pengelolaan koridor orangutan, survei populasi dan habitat, pelestarian dan pemulihan habitat, serta mobilisasi investasi sektor swasta. (TR Network)