JAKARTA – Sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi, sektor industri memiliki peran strategis dalam mendukung komitmen nasional untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Sektor industri di Indonesia juga memiliki target yang lebih ambisius, yaitu mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, satu dekade lebih cepat dari target nasional.
Untuk mewujudkan target tersebut, Kementerian Perindustrian merintis berbagai upaya seperti menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk Subsektor Industri Prioritas. Selanjutnya, menyiapkan kebijakan pengurangan emisi industri, mekanisme pertukaran emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan nilai ekonomi karbon sektor industri. Kemudian, memperkuat ekosistem industri hijau dan mengembangkan ekonomi sirkular.
“Transformasi industri menuju industri hijau bukan lagi merupakan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi masa depan bangsa dan Bumi kita,” ujar Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza pada seremoni Kick-off The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Kementerian Perindustrian, Rabu, 18 Desember 2024.
Pada tahun 2024, Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian mencatat pengurangan emisi GRK sektor IPPU yang mencapai 6,92 juta ton CO2eq dan berhasil melampaui target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030. Selanjutnya, peningkatan efisiensi biaya industri hijau mencapai 7.31% dari yang sebelumnya 6.71%. Kemudian, peningkatan jumlah perusahaan industri tersertifikasi Standar Industri Hijau (SIH) setiap tahunnya yang kini menjadi 146 perusahaan, serta terdapat 25 SIH baru ditetapkan, sehingga total SIH mencapai 62 standar hingga hari ini. Catatan tersebut merupakan tonggak penting pencapaian dan target bagi Kementerian Perindustrian.
Pada September 2024 lalu, Kemenperin telah menyelenggarakan Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS), di Jakarta. Penyelenggaraan AIGIS untuk pertama kalinya ini merupakan langkah awal yang mengukuhkan komitmen Kemenperin dalam memperkuat ekosistem untuk memfasilitasi transformasi industri hijau tanah air melalui berbagai inovasi yang mendukung percepatan dekarbonisasi.
Pada tahun 2025, Kemenperin akan kembali menggelar AIGIS 2025 dengan tema “Driving Industrial Decarbonization through Green Industry Ecosystem”. Kick-off AIGIS 2025 menjadi titik awal dari rangkaian summit tersebut, sekaligus membuka ruang untuk kolaborasi strategis antara pemerintah, industri, mitra strategis, hingga organisasi internasional dalam memperkuat komitmen Kemenperin terkait dekarbonisasi industri nasional.
Acara utama AIGIS 2025 sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 20-22 Agustus 2025 dan ditargetkan bisa meneruskan kesuksesan penyelenggaraan AIGIS 2024 yang berhasil menghimpun lebih dari 1.000 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, mitra pembangunan, organisasi internasional, industri, hingga pakar dan akademisi, secara daring maupun luring.
Kick-off rangkaian acara AIGIS 2025 dilakukan oleh Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza bersama dengan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam HE Denis Chaibi, dan Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi.
“Beberapa rangkaian acara AIGIS 2025 meliputi GreenAuto 2025, GreenRun 2025, Greenphoto Competition, hingga program roadshow sosialisasi AIGIS 2025. Seluruh rangkaian acara ini akan diadakan di Jakarta, Bandung, Serang, Surabaya, dan Semarang,” ujar Kepala BSKJI.
Salah satu sorotan utama lainnya dalam Kick-off AIGIS 2025 adalah peluncuran Green Industry Service Company (GISCO) Prepatory Framework, sebuah inisiatif strategis yang dirancang untuk mempercepat transformasi industri menuju keberlanjutan melalui pengembangan ekosistem yang terintegrasi, mencakup pendanaan, teknologi, dan layanan pendukung lainnya.
Selain itu, dilakukan peluncuran Sistem Elektronik Layanan Sertifikasi Industri Hijau (SELASIH) sebagai bagian dari SIINas yang merupakan platform pelaksanaan sertifikasi industri hijau.
Pada kesempatan yang sama, BSKJI Kemenperin juga menyerahkan Sertifikat Validasi dan Verifikasi Emisi GRK pertama kepada salah satu perusahaan industri yang divalidasi dan diverifikasi oleh Lembaga Validasi dan Veriikasi (LVV) internal Kementerian Perindustrian, serta menyerahkan piagam apresiasi kepada 5 (lima) perusahaan industri yang telah berkomitmen dalam pelaksanaan fasilitasi pendampingan National Lighthouse penerapan ekonomi sirkular sektor industri.
“Kemenperin juga menandatangani nota kesepahaman dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam acara kick-off ini. Nota kesepahaman tersebut menegaskan kolaborasi strategis antar pihak dalam penyusunan kajian dekarbonisasi industri, serta kajian untuk meningkatkan daya saing industri nasional dalam memenuhi berbagai persyaratan terkait penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), pengungkapan emisi, dan regulasi serupa baik di tingkat nasional maupun internasional,” jelas Kepala BSKJI Kemenperin.
Country Director WRI Indonesia Nirarta Samadhi menyambut baik kelanjutan komitmen Kemenperin dalam mendorong transformasi industri hijau nasional, khususnya pada rangkaian Acara Kick-Off AIGIS 2025. Selama beberapa bulan terakhir, WRI Indonesia telah mendukung penyusunan peta jalan dekarbonisasi untuk sembilan subsektor industri, yang sekaligus berkontribusi secara konkret dalam proses akselerasi dekarbonisasi industri nasional.
“Ke depannya, WRI Indonesia berkomitmen untuk dapat mendukung Kemenperin dalam memberikan rekomendasi terkait perbaikan tata kelola dekarbonisasi dan tata laksana emisi, sebagai bagian dari upaya penciptaan ekosistem industri hijau yang lebih tangguh sehingga target pertumbuhan ekonomi rendah karbon Indonesia pun tercapai,” kata Nirarta.
WRI Indonesia didirikan di Indonesia dengan nama Yayasan Institut Sumber Daya Dunia dan merupakan organisasi penelitian independen yang didedikasikan untuk berkontribusi pada pembangunan sosial ekonomi Indonesia secara inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaannya difokuskan pada lima portofolio, yaitu hutan, iklim, energi, kota, dan transportasi, serta laut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengapresiasi kolaborasi pada AIGIS 2025. Pasalnya, kolaborasi seperti yang dilakukan pada AIGIS 2025 ini sangat krusial dalam mempercepat transformasi industri menuju ekonomi hijau dalam lingkup pembangunan ekosistem industri hijau.
“Dekarbonisasi industri bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin regional dalam industri rendah karbon. IESR berkomitmen mendukung kajian, pendampingan, dan rekomendasi kebijakan yang membantu industri beradaptasi terhadap standar keberlanjutan global serta meningkatkan daya saing nasional di era ekonomi sirkular, proses dekarbonisasi industri dan transformasi energi.” ungkap Fabby.
Institute for Essential Services Reform (IESR) merupakan organisasi think tank independen yang berfokus pada transformasi menuju ekonomi rendah karbon dan transisi energi berkelanjutan di Indonesia. IESR aktif dalam penelitian, advokasi kebijakan, dan pendampingan industri dalam mencapai dekarbonisasi.
Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh IESR dalam lingkup kerja sama dengan berbagai pemangku kebijakan untuk sektor industri termasuk Kementerian Perindustrian, menyusun peta jalan dekarbonisasi industri untuk sektor industri prioritas di Indonesia, memberikan dukungan dalam pencapaian target emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat dan transformasi menuju energi terbarukan; dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lokal dan internasional dalam memfasilitasi penerapan teknologi rendah karbon di sektor industri. (TR Network)