JAKARTA – UNESCO mengapresiasi upaya konservasi yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Demokratik Kongo terhadap Taman Nasional Salonga.
Pemerintah dengan tegas melarang kegiatan eksplorasi dan pencarian minyak di Taman Nasional itu.
Atas prakarsa itu, UNESCO pun menghapus Taman Nasional Salonga dari daftar situs yang terancam punah.
Komite Warisan Dunia UNESCO mengutip “perbaikan menuju negara konservasi” dalam keputusannya mengatakan pemantauan fauna liar secara teratur menunjukkan bahwa populasi bonobo (kera) tetap stabil di dalam wilayah tersebut meskipun ada tekanan di masa lalu.
“Dan bahwa populasi gajah hutan mulai kembali,” kata pernyataan itu, dilansir Minggu (14/8/2021).
Kementerian Lingkungan Kongo menyambut baik langkah tersebut. Ini akan menjadi “kesempatan untuk memikirkan kembali pengelolaan lahan gambut dengan maksud untuk mengukur kapasitasnya untuk menyerap emisi karbon”, katanya kepada Agence France-Presse.
World Wide Fund for Nature (WWF) mengucapkan selamat kepada negara itu. WWF mengatakan Taman Nasional Salonga dihapus dari daftar Warisan Dunia yang terancam punah setelah kemajuan dalam menghentikan konsesi minyak dan perburuan liar yang mengancam satwa liar setempat dan orang-orang di dalamnya.
“Selamat kepada Republik Demokratik Kongo! Taman Nasional Salonga dihapus dari daftar Warisan Dunia dalam terancam punah setelah kemajuan dalam menghentikan konsesi minyak & perburuan liar yang mengancam satwa liar dan orang-orang di dalamnya,” cuit WWF.
Melansir dari laman The National News, sebelum menghapus Taman Nasional Salonga dari daftar situs warisan dunia yang terancam punah, UNESCO lebih dulu melihat kondisi dan pengelolaan situs tersebut. Seperti pengelolaan hutan dan tentang konsensi minyak
“Komite menyambut baik klarifikasi yang diberikan oleh otoritas nasional bahwa konsesi minyak yang tumpang tindih dengan properti itu batal demi hukum dan bahwa blok-blok ini akan dikeluarkan dari lelang di masa depan,” bunyi pernyataan itu.
UNESCO juga mengamati bahwa pengelolaan taman telah sangat meningkat, terutama berkaitan dengan penguatan tindakan anti-perburuan liar.
Taman Nasional Salonga juga mengembalikan lahan gambut yang sempat rusak yang menjadi tolak ukur untuk menghitung daya serap emisi karbon.
Taman Nasional Salonga adalah hutan hujan lindung terbesar di Afrika dan rumah bagi 40 persen kera bonobo Bumi, bersama dengan beberapa spesies terancam punah lainnya. Taman itu dibuat pada 1970 oleh diktator saat itu Mobutu Sese Seko dan telah masuk dalam daftar terancam punah sejak 1984.
Taman Nasional Salonga terletak di jantung cekungan tengah sungai Kongo, taman ini sangat terisolasi dan hanya dapat diakses oleh air. Ini adalah habitat dari banyak spesies endemik yang terancam punah, seperti simpanse kerdil, merak Kongo, gajah hutan dan buaya ‘palsu’ Afrika.
Salonga adalah kawasan lindung terbesar dari hutan hujan lebat di benua Afrika. Taman yang luasnya 3.600.000 ha berisi evolusi penting, baik spesies maupun komunitas di kawasan hutan yang masih relatif utuh. Taman ini berperan penting untuk pengaturan iklim dan penyerapan karbon. (ATN)