JAKARTA – Badai matahari diprediksi akan terjadi lebih cepat, meleset dari prediksi sebelumnya pada 2025. Badai itu diperkirakan akan terjadi pada akhir 2023. Hal ini didukung oleh aktivitas matahari yang baru saja melepaskan semburan energi kuat ke Bumi pada Jumat (15/12/2023).
Wahana antariksa milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), yaitu Solar Dynamics Observatory berhasil merekam fenomena matahari yang melepaskan suar kelas X2.8. Suar matahari yang mengakibatkan radiasi dahsyat ke Bumi tersebut merupakan suar terkuat sejak September 2017.
Ilmuwan mengklasifikasikan intensitas suar matahari ke dalam tiga kategori, yaitu C sebagai yang paling lemah, M sebagai kelompok menengah, dan X sebagai yang paling kuat.
Suar matahari adalah ledakan cahaya yang terjadi ketika energi magnetik yang terperangkap di atmosfer matahari dilepaskan secara tiba-tiba. Suar matahari yang kuat sering kali diiringi oleh lontaran massa korona atau coronal mass ejection (CME).
CME yang mencapai Bumi dapat memicu terjadinya badai geomagnetik. Badai geomagnetik memiliki potensi untuk mengganggu jaringan listrik dan infrastruktur lainnya.
Namun, apakah aktivitas matahari ini menandakan badai matahari akan segera terjadi? Berikut ini prediksi terjadinya badai matahari menurut ilmuwan dan dampaknya bagi Bumi.
Prediksi Terjadi Badai Matahari
Badai matahari terjadi ketika matahari mengalami ledakan besar yang menghasilkan gelombang partikel bermuatan yang dilepaskan ke luar angkasa. Badai matahari dapat mencapai intensitas yang tinggi, tergantung pada aktivitas siklus matahari.
Aktivitas siklus matahari berlangsung sekitar 11 tahun. Siklus ini ditandai oleh perubahan medan magnet matahari, yang menyebabkan kutub utara dan selatan matahari bertukar tempat. Saat matahari mendekati puncak siklusnya, aktivitasnya meningkat dan memunculkan bintik-bintik gelap, suar, dan letusan di permukaannya.
Berdasarkan penelitian dan pemantauan yang dilakukan oleh NASA, terdapat indikasi matahari akan mencapai puncak aktivitasnya pada 2025. Puncak aktivitas matahari ini diyakini dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas badai matahari. Observasi terhadap bintik matahari dan pola aktivitas matahari memberikan petunjuk Bumi mungkin akan menghadapi periode yang berbahaya.
Namun, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), memprediksi siklus aktivitas matahari akan mencapai puncak dan menyebabkan badai matahari terjadi antara Januari dan Oktober 2024.
Dampak Badai Matahari
Badai matahari dapat memiliki dampak serius bagi teknologi dan infrastruktur di Bumi. Beberapa dampak yang mungkin terjadi melibatkan gangguan pada sistem komunikasi, navigasi satelit, dan jaringan listrik.
– Gangguan pada Komunikasi
Flare matahari dapat menyebabkan gangguan pada sinyal radio dan komunikasi satelit, yang dapat memengaruhi sistem komunikasi global.
– Gangguan Navigasi Satelit
Partikel bermuatan dari badai matahari dapat memengaruhi kinerja satelit GPS, menyebabkan ketidakakuratan dalam penentuan lokasi dan navigasi.
– Gangguan Listrik
CME yang mencapai Bumi dapat memicu arus listrik di saluran listrik dan infrastruktur kelistrikan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada transformator dan peralatan listrik.
– Radiasi di Lingkungan Angkasa
Astronaut dan satelit di luar angkasa dapat terpapar radiasi tingkat tinggi selama badai matahari. Badai matahari juga berdampak pada kesehatan manusia dan sistem elektronik. (TR)