BANYUWANGI – Proyek inovatif bertajuk A Systems Analysis Approach to Reduce Plastic Waste in Indonesian Societies (PISCES) berhasil mempertemukan periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Inggris dalam upaya mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Dalam pertemuan di Hotel Kokoon, Banyuwangi pada 3 Desember 2024, para periset berbagi temuan terbaru mereka dengan perwakilan pemerintah daerah dan masyarakat Bali Barat serta Jawa Timur.
PISCES, sebuah proyek senilai jutaan pound yang berlangsung selama empat tahun (2021–2024), didanai oleh UK Research and Innovation (UKRI). Proyek ini bertujuan mengidentifikasi inefisiensi dalam rantai penggunaan plastik di Indonesia melalui pendekatan berbasis sistem.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memainkan peran kunci dalam program ini, terutama melalui kontribusi ilmuwan Indonesia.
Muhammad Reza Cordova, Profesor Riset di bidang Pencemaran Laut BRIN, menjelaskan bahwa hasil riset PISCES dapat membawa perubahan besar dalam kebijakan nasional.
“Jika Indonesia memutuskan untuk mengadopsi hasil dari PISCES, maka kita dapat meningkatkan kebijakan dan strategi nasional dalam memerangi polusi plastik secara signifikan. Namun, hal ini membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan industri,” ujar Cordova.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama untuk menghadapi tantangan lokal seperti sistem pengelolaan limbah, penegakan hukum, dan perubahan perilaku masyarakat.
PISCES menggunakan pendekatan berbasis sistem untuk memahami seluruh siklus plastik, mulai dari produksi, konsumsi, hingga pembuangan. Proyek ini memberikan rekomendasi intervensi berbasis bukti untuk mengurangi polusi plastik laut sebesar 70% pada 2025, sejalan dengan target nasional Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin secara global melalui solusi berbasis sistem dan komunitas,” kata Susan Jobling, Direktur PISCES sekaligus Profesor Ekotoksikologi di Brunel University London.
“Kolaborasi lintas sektor ini adalah langkah awal menuju perubahan nyata dan berkelanjutan,” tambahnya.
Lesley Henderson, Profesor Science Communication dari University of Strathclyde, menambahkan bahwa aspek komunikasi dengan komunitas memainkan peran penting.
“Kita memerlukan lebih dari sekadar perbaikan teknis. Memahami alasan di balik perilaku masyarakat dapat membantu menciptakan komunikasi yang lebih efektif untuk mendorong perubahan perilaku terkait penggunaan plastik,” jelasnya.
Dalam acara tersebut, PISCES juga meluncurkan laporan ilmiah komprehensif yang menyajikan temuan penelitian utama. Laporan ini menjadi panduan bagi Indonesia untuk mencapai target ekonomi sirkular pada 2040. Studi ini menyediakan “toolbox” berupa pendekatan dan solusi berbasis bukti untuk mengatasi kebocoran plastik secara sistemik, bukan hanya pada gejala permasalahan.
“Laporan ini adalah hasil kerja keras dari banyak pihak, dan kami percaya dapat menjadi langkah penting menuju lingkungan yang lebih bersih,” ujar Jobling.
PISCES memadukan keahlian dari periset, pemerintah, komunitas, dan sektor industri. Program ini juga melibatkan masyarakat lokal untuk memahami perilaku mereka dalam penggunaan plastik dan mengedukasi mereka mengenai cara pengelolaan sampah yang lebih baik.
Dengan peran aktif BRIN dan dukungan pemerintah Inggris, proyek ini menjadi salah satu model kolaborasi internasional yang dapat ditiru oleh negara lain.
Proyek PISCES ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis sistem dan kerja sama lintas sektor dapat menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan sampah plastik yang kompleks. Dengan komitmen BRIN serta kolaborasi internasional, Indonesia berpeluang menjadi pemimpin global dalam solusi pengelolaan plastik yang berkelanjutan. (TR Network)