GUNUNGKIDUL – Madu Klanceng, madu yang dihasilkan dari lebah tanpa sengat (Trigona sp.), kini kian populer sebagai solusi pangan fungsional yang menjanjikan. Berkat kandungan nutrisinya yang kaya dan manfaatnya bagi kesehatan, madu Klanceng berpotensi menjadi superfood masa depan yang aman dan bermanfaat bagi berbagai kalangan, termasuk penderita diabetes.
Ema Damayanti, periset dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam kegiatan riset di Gunungkidul, Yogyakarta pada Jumat (25/4/2025), menjelaskan bahwa madu Klanceng mengandung bakteri asam laktat yang berperan penting dalam menjaga kesehatan saluran cerna manusia.
“Selain itu, kadar gula dalam madu Klanceng hanya sekitar 40–50%, lebih rendah dibanding madu lebah Apis yang mencapai 55–61%. Gula yang terkandung di dalamnya didominasi oleh glukosa, fruktosa, trehalose, serta dilengkapi asam amino, asam organik, senyawa antioksidan, dan berbagai mineral penting lainnya,” terang Ema.
Penelitian Ema menunjukkan bahwa madu Klanceng mengandung gula trehalose, jenis gula fungsional alami yang jarang ditemukan pada madu lebah bersengat (Apis). Trehalose ini bermanfaat karena memiliki indeks glikemik rendah, sehingga lebih aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Tak hanya itu, madu Klanceng juga kaya akan senyawa antioksidan dan antibakteri.
“Kami menemukan sejumlah metabolit aktif dalam madu Klanceng yang tidak ada pada madu Apis. Ini membuat madu Klanceng lebih unggul dalam mendukung sistem imun dan mencegah infeksi,” jelas Ema.
Menariknya, limbah kantong madu dari lebah Klanceng juga bisa dimanfaatkan sebagai propolis, yang memiliki sifat antibakteri, antioksidan, anti-inflamasi, dan antikanker.
“Propolis ini sangat potensial untuk dijadikan suplemen kesehatan alami,” tambah Ema.
Potensi budidaya lebah Klanceng di Indonesia
Selain manfaat kesehatannya, budidaya lebah Klanceng sangat cocok dilakukan di Indonesia. Lebah ini mudah dibudidayakan di wilayah tropis, asalkan tersedia pepohonan penghasil resin untuk kantong madu, sumber nektar, dan pollen. Jenis tanaman yang disukai antara lain pohon mangga, jambu, rambutan, randu, bunga kaliandra, ketongkeng, hingga air mata pengantin.
“Yang terpenting, lingkungan budidaya harus bebas pestisida, terutama insektisida, karena berisiko mematikan koloni lebah Klanceng,” tegas Ema.
Madu Klanceng memiliki tekstur lebih encer dan cita rasa sedikit asam karena kandungan air yang lebih tinggi dan pH rendah. Sebaliknya, madu Apis lebih kental dan manis. Dari segi warna, keduanya mirip, yakni kuning kecokelatan hingga cokelat gelap.
Saat ini, tim riset BRIN tengah mengembangkan formula madu Klanceng untuk pangan fungsional, bahan pengawet alami, pengganti gula yang lebih sehat, serta suplemen probiotik berbasis bakteri baik dari madu ini.
Dengan beragam manfaat dan potensi tersebut, madu Klanceng layak menjadi solusi pangan fungsional masa depan yang sehat, alami, dan ramah lingkungan. (MS Network)