BERLIN – Siapa sangka, Gurun Sahara yang kini terkenal sebagai wilayah tandus dan tak berpenghuni, dulunya adalah hamparan sabana hijau yang subur, kaya akan air dan kehidupan.
Menurut hasil penelitian terbaru yang dirilis pada 5 April 2025, para ilmuwan menemukan bahwa sekitar 14.500 hingga 5.000 tahun yang lalu, wilayah ini bukanlah gurun, melainkan lanskap tropis yang rimbun dengan danau dan vegetasi lebat.
Penemuan Genetik dari Jantung Sahara
Temuan luar biasa ini berasal dari analisis DNA kuno milik dua individu yang hidup di wilayah yang kini menjadi bagian barat daya Libya, sekitar 7.000 tahun yang lalu. Mereka ditemukan di situs arkeologi Takarkori, tempat pemakaman batu yang dulunya berada di tengah sabana yang subur.
Para peneliti dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology berhasil memetakan genom lengkap dari kedua individu—dua perempuan yang telah mengalami mumifikasi alami, menjadikannya salah satu bukti mumifikasi tertua di dunia.
“Pada masa itu, Takarkori merupakan sabana yang rimbun di dekat danau, sangat berbeda dari pemandangan gurun gersang seperti sekarang,” ujar Johannes Krause, arkeogenetik dari Max Planck.
DNA Ungkap Asal Usul Populasi Misterius
Yang lebih menarik, hasil studi genetik menunjukkan bahwa masyarakat Takarkori berasal dari garis keturunan manusia yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Mereka hidup terpisah dari populasi sub-Sahara, Eurasia, bahkan dari kelompok prasejarah Eropa di utara.
“Genom mereka tidak menunjukkan jejak genetik signifikan dari populasi lain di wilayah sub-Sahara maupun Timur Dekat,” kata Krause.
“Ini membuktikan bahwa meski mereka mengadopsi praktik peternakan yang berasal dari luar Afrika, mereka tetap terisolasi secara genetik selama ribuan tahun.” (TR Network)