JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Vaksin dan Obat (PRVO) menjalin kerjasama dengan Bionyeri PTY LTD, sebuah perusahaan berbasis di Australia, untuk meneliti potensi kratom sebagai obat herbal baru. Kolaborasi yang berfokus pada pengembangan inovasi berbasis sumber daya alam Indonesia ini, ditandai dengan penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA).
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN NLP. Indi Dharmayanti menyampaikan, riset kratom menjadi salah satu fokus riset di PRVO, yang berpotensi sebagai pengobatan baru. Hal ini patut diteliti lebih lanjut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk kesehatan masyarakat,” ungkapnya saat penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA) mitra luar negeri antara PRVO dengan Bionyeri PTY LTD di Cibinong, Kamis, 12 Desember 2024.
“Kemitraan ini menyoroti komitmen kami untuk mengelaborasi sains dan inovasi guna mengatasi tantangan yang dihadapi dan mengungkap kemungkinan obat baru. Kolaborasi ini dapat menjadi solusi pengembangan kemitraan bersama industri untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,” imbuhnya.
Indi berharap riset kolaborasi ini dapat menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya alam untuk peningkatan kesehatan rakyat Indonesia.
Kepala PRVO BRIN Masteria Yunovilsa Putra menguraikan, pihaknya menginisiasi berbagai riset kratom terutama penggunaannya secara tradisional dan aktivitasnya secara farmakologis.
“Riset kratom yang telah dilakukan di PRVO hingga saat ini meliputi standarisasi ekstrak alkaloid, studi in vitro yang terdiri dari aktivitas antioksidan dalam sel. Kemudian aktivitas anti inflamasi ganda serta adjuvant untuk terapi kanker, dan studi in vivo yang meliputi aktivitas analgesik, putus obat/withdrawal effect serta tes toksisitas akut oral,” ujarnya.
Masteria mengungkapkan, senyawa yang paling banyak diteliti sifat-sifat analgesik serta adiksinya adalah Mytraginine dan 7-hydroxymitragynine. Kedua senyawa ini juga menjadi senyawa tunggal untuk diteliti potensinya sebagai analgesik, anti-inflamasi, serta untuk terapi kanker,” rincinya.
Pemilik PT SOHO and Bionyeri PTY. LTD, Eng Liang Tan menyebutkan, pihaknya sangat senang dan bangga dapat bekerjasama dengan para peneliti muda di Indonesia.
“Apa yang ada dipikiran saya saat membangun Bionyeri adalah dapat memberi hal positif bagi Indonesia. Tujuan riset pertama kami ingin menggunakan herbal Indonesia. Indonesia sangat kaya akan sumber alami, khususnya herbal. Oleh karena itu kita harus mengoptimalkannya,” ucapnya.
Tan menuturkan, Bionyeri berdiri pada Juni 2023 dan berbasis di Australia. Saat ini Bionyeri telah banyak membangun koneksi dengan mitra di Indonesia untuk berkolaborasi menemukan obat alami baru.
Dalam acara penandatanganan tersebut, hadir pula Chief Executive Officer Bionyeri PTY MTD, Gilles Guillemin yang juga berterima kasih dengan BRIN.
“Kami akan terus menjalin berkomitmen mengembangkan riset kratom guna menggali potensi luar biasa dari sumber daya alam Indonesia. Dengan sifatnya sebagai analgesik, anti-inflamasi, dan adjuvant terapi kanker, kratom memiliki peluang besar menjadi solusi inovatif untuk pengobatan masa depan ,” ungkapnya.
Kemitraan ini juga adalah salah satu bentuk kolaborasi antara Indonesia dan Australia dalam inovasi di bidang farmasi dan kesehatan. Eng Liang Tan dan Gilles Guillermin juga mengungkapkan terima kasih atas dukungan Investment New South Wales, Austrade, dan Kedutaan Besar Australia dalam menjembatani kerja sama ini. (TR Network)