KOLAKA — PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria), perusahaan nasional yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, menegaskan komitmennya dalam membangun industri nikel hijau dengan mengumumkan dimulainya produksi komersial green ferronickel (FeNi) dari Smelter Merah Putih Line 1 pada akhir April 2025.
Produksi ini menjadi tonggak penting dalam upaya Ceria mendukung industri nikel rendah emisi dan berkelanjutan di Indonesia.
FeNi Rendah Emisi dengan Teknologi RKEF Modern
Menurut Roimon Barus, General Manager RKEF Operation Readiness PT Ceria, proses hot commissioning telah dimulai sejak 23 Februari 2025 dengan pengumpanan bijih nikel ke sistem dryer dan pemanasan tanur listrik. Hingga awal April, seluruh unit tanur listrik telah aktif menggunakan pasokan listrik dari PLN yang bersertifikat energi terbarukan (Renewable Energy Certificate/REC).
“Kami optimistis, produksi green ferronickel pertama dari Smelter Merah Putih akan terealisasi di akhir April 2025. Ini menjadi langkah besar menuju industri nikel berkarbon rendah,” ujar Roimon dalam keterangannya dikutip, Minggu, 13 April 2025.
Teknologi Nikel Hijau yang Ramah Lingkungan
Smelter Merah Putih menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) berkapasitas 72 MVA dengan desain Rectangular Electric Furnace, yang unggul dalam efisiensi energi dan penurunan emisi. Teknologi ini memungkinkan efisiensi termal tinggi, mengurangi konsumsi listrik per ton nikel, serta menekan gas buang secara signifikan.
Selain efisiensi energi, fasilitas ini dilengkapi sistem pengelolaan emisi digital real-time, dust collector, dan waste management untuk memastikan operasional tetap sesuai standar lingkungan global.
Dengan pasokan energi hijau dari PLN UID Sulselrabar yang telah bersertifikasi REC, setiap produk nikel PT Ceria akan memiliki jejak karbon yang sangat rendah, menjadikannya sebagai produk nikel hijau unggulan di pasar global.
Pertambangan Berkelanjutan: ESG dan Good Mining Practice
Komitmen PT Ceria terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) tidak hanya diterapkan pada smelter, tetapi juga di area tambang di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka.
Praktik Good Mining Practice dijalankan melalui reklamasi lahan pascatambang, sistem pengelolaan air terpadu, pelestarian kawasan lindung, dan pengendalian erosi serta sedimentasi. Di sisi sosial, Ceria berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal, pengembangan UMKM, serta akses pendidikan dan kesehatan.
Sistem tata kelola perusahaan juga mengedepankan transparansi, kepatuhan hukum, dan pengawasan internal yang ketat, menegaskan posisi Ceria sebagai pelaku industri yang bertanggung jawab dan kredibel.
Menuju Pemimpin Global Produk Nikel Hijau
PT Ceria menargetkan pembangunan total empat jalur produksi RKEF dengan kapasitas 252.800 ton FeNi per tahun atau setara 55.600 ton logam nikel. Tak hanya itu, pengembangan fasilitas lanjutan seperti Nickel Matte Converter, Nickel Sulphate, dan HPAL (High Pressure Acid Leach) untuk produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) juga sedang disiapkan, memperkuat posisi PT Ceria dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV Battery Supply Chain) global.
“Dengan seluruh standar teknologi dan operasional berbasis ESG, Smelter Merah Putih akan menghasilkan green nickel product yang kompetitif secara global, mendukung ekonomi hijau, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin industri nikel berkelanjutan,” tegas Roimon. (TR Network)