JAKARTA – Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri kelapa dan turunannya, seiring posisinya sebagai negara dengan wilayah pesisir yang luas. Untuk membangun dasar kolaborasi riset (co-development) dan mendorong pemanfaatan hasil inovasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan PT Walindo Mitra Bersama menandatangani Nota Kesepahaman di Gedung B.J. Habibie Jakarta, belum lama ini.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN R. Hendrian mengungkapkan, kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi alam Indonesia, terutama dalam produksi kelapa.
“Indonesia dengan wilayah pesisir yang luas secara alami memiliki potensi besar dalam menghasilkan kelapa dengan berbagai turunannya. Namun, potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan,” ujar Hendrian dikutip Jumat (2/5/2025).
Meskipun kelapa sudah dikenal sebagai komoditas yang melimpah, Hendrian menekankan pentingnya perhatian pada pembudidayaan dan penyediaan bahan baku berkualitas tinggi untuk pengolahannya. Ia juga menyoroti pentingnya keberlanjutan pasokan material yang memenuhi standar kualitas agar industri kelapa dapat berkembang secara optimal.
Ia juga mengungkapkan, BRIN melihat sektor industri sebagai mitra strategis yang penting, tidak hanya berfokus pada hilirisasi hasil riset. Di samping itu juga memperkuat ekonomi nasional dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang dihasilkan oleh lembaga riset.
“Kami berharap, kerja sama ini dapat membawa manfaat langsung bagi masyarakat dan industri kelapa di Indonesia. Berbagai peluang kerja sama bisa dijajaki dengan industri, di luar riset bersama,” ujarnya.
Menurutnya, BRIN memiliki berbagai skema kemitraan, termasuk kerja sama lisensi dan fasilitas riset bersama yang dapat dimanfaatkan oleh industri. Selain itu juga untuk pengujian produk inovasi pertanian.
Kerja sama ini sebagai langkah konkret memperkuat sinergi antara lembaga riset dan sektor industri. Khususnya dalam rencana kerja sama riset Medium Chain Triglyceride (MCT) dan riset pemanfaatan alat modifikasi lemak untuk produksi MCT, dengan Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN.
Kemudian rencana kerja sama pemanfaatan hasil riset di bidang perkelapaan seperti bioleather berwarna berbasis nata, bioleather berbasis nata dengan pelapisan minyak linseed dan turpentine. Reaktor bioleather berbasis nata, dan reaktor bioleather berbasis nata dengan sistem sirkulasi dengan Pusat Riset Agroindustri BRIN.
Produk inovasi bioleather berwarna berbasis nata, merupakan lembaran nata utuh yang diberi pewarna melalui teknik perendaman dan water displacement, menggunakan cairan kulit biji mete atau CNSL. Teknologi ini menghasilkan lembaran yang menyerupai kulit dengan warna gelap. Bioleather berbasis nata berlapis minyak ini diproduksi dengan mengombinasikan CNSL dan lapisan minyak linseed, serta turpentine untuk meningkatkan daya tahan dan tekstur.
Inovasi reaktor bioleather berbasis nata juga menjadi bagian dari kerja sama, dengan memanfaatkan water displacement dan polimerisasi CNSL secara simultan melalui pemanasan, sehingga reaktor tersebut berfungsi dalam memproduksi bioleather.
Versi reaktor dengan sistem sirkulasi menambahkan mekanisme sirkulasi di tangki buffer dan reaktor. Hal tersebut untuk memastikan reaksi polimerisasi berjalan lebih merata dan intensif.
Dalam kolaborasi riset MCT ini, BRIN tengah mengembangkan metode enzimatis berbasis bahan baku virgin coconut oil (VCO) dan minyak kelapa. Riset ini ditujukan untuk menghasilkan produk MCT murni dan campuran yang bernilai tambah tinggi, serta mendukung kesehatan dan industri pangan fungsional.
Teknologi alat modifikasi lemak juga menjadi bagian dari kerja sama ini, sebagai prekursor yang berguna sebagai penghasil produk MCT.
Direktur Utama PT Walindo Mitra Bersama Heriadi Kaboel, menyambut baik kerja sama ini. Kaboel menyatakan, meskipun kelapa memiliki banyak manfaat, industri kelapa di Indonesia belum mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada. Terutama dalam pengolahan seluruh bagian kelapa, seperti air kelapa, daging kelapa, tempurung, cocofiber, hingga cocopeat.
“Hingga saat ini, belum ada inovator yang mampu memaksimalkan pemanfaatan kelapa tanpa meninggalkan limbah. Semua bagian dari kelapa ini seharusnya dapat diolah menjadi bahan baku ekspor yang bernilai,” ungkapnya.
Kaboel menambahkan, perusahaan mereka memiliki visi untuk menjadikan kelapa sebagai bahan baku tanpa limbah.
“Tentunya dengan mengolah seluruh bagian kelapa secara efisien dan bernilai tambah tinggi,” tuturnya.
Dengan potensi kelapa yang melimpah dan dukungan teknologi dalam negeri, kolaborasi antara BRIN dan PT Walindo Mitra Bersama diharapkan dapat menjadi langkah maju dalam membangun industri kelapa nasional yang modern, berkelanjutan, dan kompetitif secara global.(TR Network)