JAKARTA – Terdapat lima pilar dalam pembangunan pariwisata, yaitu destinasi, industri pariwisata, pemasaran, sumber daya manusia, dan kelembagaan pariwisata.
Menurut statistik BPS tentang perkembangan pariwisata sepanjang bulan April 2023 – 2024, terdapat poin penting dalam perkembangan kunjungan wisatawan, baik itu wisata mancanegara (wisman) maupun wisata nusantara (wisnus).
Dalam seminar nasional “Pembangunan Daerah Kepulauan Berbasis Ekonomi Biru: Penguatan Sektor Pariwisata dan Perikanan”, Selasa (05/11), Periset Pusat Riset Pemerintahan Dalam Negeri (PR PDN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Suci Emilia FItri menyebutkan, terdapat peningkatan track yang didominasi wisatawan dari Malaysia, Amerika, China, Singapura, dan Usbekistan
Saat mengutarakan perspektif risetnya dalam pengembangan pariwisata kepulauan, ia menyampaikan hasil risetnya bersama tim sepanjang 3 tahun terakhir yang fokus ke isu – isu riset pariwisata.
“Kami ingin melihat bagaimana tata kelola dan hubungan pemerintah pusat dan daerah baik dari sisi perspektif regulasi dan yang lainnya. Tugas pokok kita untuk membangun bagaimana kelembagaan di sektor pariwisata ini yang akan menunjang dari lima pilar itu” ungkap Suci di di Kantor BRIN Gatot Subroto, dikutip Jumat, 8 November 2024.
Lebih lanjut ia mengungkap, dalam pengembangan pariwisata, perspektif para periset melihat banyak daerah di berbagai tempat yang memiliki keindahan pariwisata salah satunya Kepulauan Anambas.
Dari sisi konektivitas, hasil risetnya 2023 berbicara bahwa pengembangan belum sampai ke wilayah kepulauan. Ia mengistilahkan pintu masuk perhubungan tersebut ada tiga, yaitu darat, laut, dan udara. Sementara, data menunjukkan perjalanan pariwisata terbesar dari jalur udara. Hal ini menurutnya harus disiasati, mengingat adanya polemik terkait tiket penerbangan yang disinyalir sangat tinggi.
Maka, ia berharap, sektor kelautan harus semakin dikembangkan untuk membuka pintu laut ke daerah kepulauan. Dalam diskusi, Suci juga menyampaikan terkait pengembangan wisata dengan menambahkan hotel dan investor yang akan menanamkan modalnya di daerah – daerah wisata Indonesia.
Ia kemudian menjelaskan soal model pariwisata berkelanjutan. “Yakni, bagaimana kita menciptakan sustainibility di sektor pariwisata. Contohnya sekarang ini sudah bergerak pada pariwisata yang inklusif, yaitu pariwisata yang ramah terhadap lansia, disabilitas, anak – anak, dan kaum rentan lainnya,” urainya.
Namun melihat tren keminatan wisata saat ini, wisatawan yang cenderung didominasi oleh gen-z adalah wisata suasana alam dan aktivitas ruang terbuka, serta destinasi wisata yang sedang viral dipromosikan di media sosial. Ia menekankan, perkembangan media digital juga bisa menjadi tantangan.
Selanjutnya, Suci menjelaskan model smart city untuk pariwisata yang membutuhkan adanya kolaborasi sebagai kata kunci. Sebab, pengembangan sektor pariwisata tidak bisa bekerja sendiri.
Suci juga mengenalkan pengembangan model tourism hub, di mana perlu penguatan smart people selaku aktornya.
“Yang paling penting pondasi awalnya adalah budaya dan potensi pariwisata,” ujarnya. Di sini, hub dilihat baik dari sisi tata kelola, aksesibilitas, atraksi, dan sebagainya yang dikaitkan ke ekonomi digital.
Selaras mendukung hasil riset tersebut, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo menanggapi dari sisi kebijakan. Ia menjelaskan tentang pengolahan sumber daya dalam rangka kerangka besar mewujudkan Indonesia emas 2045.
Budi menyebutkan lima pilar yang tujuannya untuk melindungi laut dan sumber daya, mengurangi tekanan dan aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan, dan menjaga kelestarian wilayah laut. Untuk itu, ia mengenalkan model pengolahan ikan secara makro dan mikro di kepulauan.
“Kami mempunyai program peningkatan populasi penduduk dan kebutuhan pangan berbasis ikan, caranya, di antaranya dengan sentra pengolahan produk perikanan berbasis hulu hilir, juga berbasis kampung nelayan, dan lain sebagainya,” urainya.
Sementara, Istasius Angger Anindito selaku Koordinator Pariwisata Ekonomi Biru Direktorat Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, Kementerian PPN/ Bappenas, menanggapi secara positif usulan para pembicara sebelumnya bahwa Kepulauan Riau bisa ditetapkan menjadi destinasi prioritas berikutnya.
Maka, ia mendorong agar seluruh pihak bisa bersatu, berdaulat, maju, dan berkelanjutan.
“Modal dasarnya yaitu kekuatan maritim. Karena kita sebagai negara kepulauan punya banyak potensi walau banyak juga faktor tantangan,” jelasnya.
Salah satu sasaran yang ia garis bawahi tentang ekonomi biru adalah kaitannya dengan pendapatan perkapita melalui sektor tersebut.
“Kita perlu meningkatkan PDB maritim di tahun 2045 menjadi 15%, dari capaian sekarang yang baru mencapai 7,6%,” angannya.
Dengan polulasi sebesar itu, ia menekankan pada sumber protein, di mana sektor pangan biru menjadi potensi pengembangan ke depan.
“Ini potensial bagi daerah Kepulauan Riau, maka kita perlu upaya khusus di bidang ekonomi biru,” harapnya.
Menyimpulkan semua kebutuhan tersebut, Ketua Kelompok Riset Tata Kelola Pemerintahan Desa dan Perkotaan BRIN, Imam Radianto Anwar menyampaikan, hasil diskusinya ini akan terus berkelanjutan dan harapannya akan dirangkum ke dalam satu rumusan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah Indonesia. (TR Network)