JAKARTA – Seorang remaja asal Indonesia, Davis Marthin Damaledo menjadi sorotan ilmuwan dunia setelah menemukan serangga spesies baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya.
Davis yang lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), namanya kini terpampang abadi dalam sebuah publikasi ilmiah berjudul Nesiophasma sobesonbaaii n. sp. –a new giant stick insect from the island Timor, Indonesia (Insecta: Phasmatodea) yang terbit Maret 2023 lalu.
Sebagaimana dilansir dari berbagai sumber, Kamis (28/12/2023), serangga spesies baru yang ditemukan Davis memiliki bentuk menyerupai ranting. Warnanya hijau terang dengan ukuran yang cukup besar, sekitar 20cm.
Serangga tersebut ditemukan oleh Davis pada tahun 2021 lalu. Kala itu, Davis yang memang sedari kecil gemar memengumpulkan serangga menemukannya sedang hinggap di sebuah pohon jambu biji di Desa Oemasi, Kupang, NTT.
Davis kemudian membawa pulang serangga unik itu dan meminta bantuan rekannya sesama penghobi serangga, Garda Bagus Damastra untuk melakukan identifikasi. Sayangnya keduanya menemukan jalan buntu. Garga hanya berhasil mengetahui genusnya, yakni Nesiophasma. Garda kemudian meminta bantuan peneliti serangga asal Kanada, Frank H. Hennemann untuk melakukan identifikasi lebih lanjut dengan mengirim serangga tersebut ke Kanada.
Hasil identifikasi menyebutkan bahwa serangga ranting yang ditemukan Davis itu merupakan spesies baru. Davis dan Garda pun terlibat dalam penelitian dan menamai spesifikasi baru itu dengan Nesiophasma Sobesonbaaii. Nama Sobesonbaaii sendiri diambil dari pahlawan nasional asal NTT, Sobe Sonbai III.
Dengan temuannya itu, Davis beserta rekannya yang juga turut membantu, Garda berada dalam jajaran penulis publikasi ilmiah kelas dunia.
800 Spesies Baru
Sepanjang 2023, ada banyak sekali spesies baru yang ditemukan oleh para ilmuwan. Para ilmuwan di Natural History Museum mendeskripsikan lebih dari 800 spesies baru sepanjang 2023. Diantaranya adalah genus tawon bernama Dalek. Juga, spesies baru dinosaurus purba yang baru ditemukan serta cacing di dasar lautan. Itu semua dijelaskan dalam makalah penelitian yang dirilis oleh museum Natural History.
Seorang juru bicara mengatakan pentingnya mendeskripsikan spesies baru dalam skala morfologi dan genetik untuk membantu melindungi keanekaragaman hayati. Mereka menambahkan, jumlah spesies baru yang luar biasa banyak ini salah satunya lewat kerja keras rekan ilmuwan museum, Dr John Noyes dan Christer Hansson. Keduanya menerbitkan rincian 574 spesies baru sebagai bagian dari pekerjaan mereka yang mendokumentasikan serangga di Kosta Rika.
Tahun lalu, museum mengidentifikasi 351 spesies. Dr Noyes mengatakan bahwa dalam 60 tahun terakhir ini, ada tiga temuan spesies Encyrtidae sekelompok tawon parasit yang dikategorikan “sangat penting”.
“Yang pertama adalah mencegah kemungkinan kelaparan hingga 300 juta orang di Afrika, yang kedua adalah mencegah kerusakan hutan hujan di Thailand, dan yang lainnya adalah runtuhnya perekonomian Togo,” katanya.
Museum tersebut mendeskripsikan total 619 spesies tawon baru dan 58 spesies kumbang baru tahun ini. Salah satunya kumbang gelap berwarna hijau cerah dan oranye merah muda dari China dan Laos, serta empat kumbang penggerek moncong panjang dari Afrika Selatan. Juga dijelaskan dalam makalah ilmiah tersebut adalah kepiting, cacing, lebah, dan serangga tongkat yang baru didokumentasikan.
Para peneliti juga menggambarkan keanekaragaman masa lalu planet ini, termasuk burung bergigi, penguin terbesar yang pernah diketahui, fosil penyu, dan makhluk purba bernama Anomalocaris dalyae, yang merupakan predator terbesar di lautan sekitar 500 juta tahunyanglalu. (TR)