SEMARANG – Bencana kekeringan mulai melanda sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Di Jawa Tengah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengungkapkan, terdapat 193 desa di 24 kabupaten/kota di provinsi tersebut yang mengalami kekeringan. Kabupaten Grobogan menjadi daerah terdampak paling parah.
“Berdasarkan data kami terkait penetapan siaga darurat kekeringan paling parah ada di Grobogan, (sebanyak) 53 desa. Kemudian disusul oleh Cilacap, Pati, Banyumas, Purworejo dan Blora,” kata Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jateng, Muhammad Chomsul, Selasa, 20 Agustus 2024.
Merespons situasi tersebut, Chomsul mengatakan BPBD Jateng bersama BPBD kabupaten/kota terkait, sudah mendistribusikan bantuan air bersih.
“Untuk dampak kekeringan di 24 kabupaten, sudah ada dropping kebutuhan pemenuhan air bersih. Untuk perinciannya 6.346.000 liter untuk 24 kabupaten/kota, 19 kecamatan, di 193 desa untuk pemenuhan kebutuhan air,” ucapnya.
Dia menambahkan, bantuan air bersih tersebut diterima 33.871 keluarga, dengan total 107.256 jiwa.
Menurut Chomsul, dampak kekeringan tahun ini tidak separah 2023 lalu yang dipengaruhi adanya El Nino. Meski begitu BPBD Jateng tetap menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kekeringan hingga musim kemarau berakhir pada September mendatang.
Kekeringan juga melanda Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Akibatnya, ratusan hektare padi sawah di daerah itu mengalami gagal panen.
Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, tercatat ada sekitar 765 hektare areal persawahan yang terdampak kekeringan pada musim kemarau ini. Kondisi itu tersebar di sejumlah kecamatan, yaitu Kecamatan Gantar 383 hektare, Kroya 154 hektare, Gabuswetan 17 hektare, Terisi 151 hektare, dan Kandanghaur 60 hektare.
Dari luas area 765 hektare yang terdampak kekeringan itu, sebanyak 112 hektare mengalami puso. Kondisi puso itu terjadi di Kecamatan Gantar 14 hektare, Kroya 16 hektare, Gabuswetan 10 hektare, dan Terisi 72 hektare. (TR Network)