DENPASAR – Yayasan independen dan nirlaba Coral Triangle Center (CTC) Denpasar, Bali, mengembangkan kawasan konservasi laut (MPA) di Indonesia untuk mendukung program ekonomi biru.
“MPA kalau dikelola baik, maka akan terus menghasilkan manfaat ekonomi kepada masyarakat termasuk pariwisata dan perikanan,” kata Penasihat Konservasi Kelautan CTC Marthen Welly di Denpasar, Bali, JumatJumat, 23 Agustus 2024.
Pihaknya saat ini bekerja di sembilan kawasan konservasi laut di Indonesia termasuk Timor Leste di antaranya Pulau Nusa Penida di Bali, kemudian di wilayah perairan Maluku di antaranya Pulau Banda dan Pulau Boano Seram bagian barat hingga di Kepulauan Sula di Maluku Utara.
Adapun kegiatannya yakni melakukan survei dan pengawasan terkait terumbu karang dan biota laut di dalamnya yang hasilnya menjadi masukan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.
Selain itu, pihaknya juga melakukan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat khususnya wilayah pesisir dalam pengelolaan dan menjaga sumber daya kelautan sekaligus menjadi mata pencahariannya.
Adapun pengembangan MPA, lanjut dia, dilakukan sejak 2010 dan pemberdayaan kepada masyarakat baru dilakukan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, misalnya pihaknya mendukung pengembangan wisata mangrove dan pemanfaatan rumput laut diolah kerupuk hingga menjadi sabun.
Produksi sabun itu, kata dia, bahkan sudah diserap oleh akomodasi pariwisata di tingkat perhotelan termasuk di kawasan Nusa Penida.
“Di Nusa Penida kami dukung pengelolaannya dengan pengawasan terumbu karang dan ikan berkala tiap tahun. Lalu, patroli bersama masyarakat tiap bulan untuk menjaga agar kawasan itu jangan sampai ada pelanggaran atau kerusakan,” katanya.
Di luar sembilan titik MPA itu, pihaknya juga memberikan pelatihan konservasi dan restorasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat salah satunya di Pulau Seraya yang berada di luar kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Marthen menambahkan wilayah perairan Indonesia dan lima negara lainnya yakni Timor Leste, Filipina, Malaysia, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon memiliki kekayaan terumbu karang dan biota laut sebagai salah satu sumber pangan dan sumber ekonomi masyarakat.
Enam negara itu memiliki terumbu karang dan biota laut terbesar di dunia sehingga dibentuk inisiatif segitiga karang untuk melindungi sumber daya laut tersebut.
Aktivis kelautan itu menambahkan saat ini komunitas internasional berupaya memperluas kawasan konservasi termasuk terumbu karang karena manfaat besar terhadap keberlanjutan bumi dan ekonomi biru.
Ia mengharapkan kerja sama antarnegara yang lebih besar dapat dilaksanakan melalui forum skala internasional untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut termasuk salah satunya melalui Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 di Nusa Dua, Bali pada 1-3 September 2024.
Rencananya forum tersebut juga menghadirkan sesi terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi biru dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
“Keberlanjutan ekosistem terumbu karang itu di SDGs masuk sasaran ke-14 yakni ekosistem laut atau kehidupan bawah laut,” imbuhnya. (TR Network)