JAKARTA — Terumbu karang dunia berada di ambang kehancuran. Dampak pemanasan global telah menghantam ekosistem laut dengan keras: 84 persen terumbu karang di seluruh dunia kini memutih, melemah, dan terancam mati dalam peristiwa pemutihan karang global terburuk dalam sejarah.
Menurut laporan terbaru International Coral Reef Initiative (ICRI), sejak awal 2023 hingga Maret 2025, 82 negara dan wilayah telah mengalami kerusakan terumbu karang akibat gelombang panas laut ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kita menyaksikan bencana ekologi dalam skala global yang nyata, bukan prediksi,” kata Peter Thomson, Duta Besar PBB untuk Kelautan dikutip Kamis, 1 Mei 2025.
ICRI resmi mendeklarasikan peristiwa pemutihan karang global keempat pada 2024, yang hingga kini terus meluas. Ancaman ini begitu serius sehingga skala peringatan harus diperluas dari Level 2 menjadi Level 5 — menunjukkan risiko kematian karang lebih dari 80% di area terdampak.
Sebagai perbandingan: 21% terumbu terdampak pada 1998, 37% pada 2010, 68% pada 2014–2017 dan 84% pada 2023–2025.
Pemutihan terumbu karang terjadi ketika suhu laut melonjak, memaksa karang mengusir alga zooxanthellae — sumber energi utama karang. Tanpa alga, karang memucat, rapuh, dan akhirnya mati.
Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah manusia, dengan suhu global menembus 1,5°C di atas era pra-industri, mendorong rekor suhu laut tertinggi dan memicu gelombang panas laut tiga kali lipat lebih banyak dibanding sebelumnya.
Mengapa Kita Harus Peduli?
Terumbu karang bukan sekadar pemandangan indah bawah laut. Ekosistem ini menjadi rumah bagi sepertiga kehidupan laut, menopang 1 miliar orang untuk pangan dan penghidupan, melindungi pesisir dari abrasi dan badai, serta memberikan manfaat ekonomi senilai US$10 triliun.
Sayangnya, tutupan karang hidup telah berkurang setengahnya sejak 1950-an. Jika dibiarkan, kerugian ekonomi global akibat hilangnya terumbu karang bisa mencapai 500 miliar dolar AS per tahun pada 2100.
“Terumbu karang memutih karena laut memanas akibat gas rumah kaca. Solusinya hanya satu: kurangi emisi drastis sekarang juga,” tegas Peter Thomson.
Meski ancaman besar, terumbu karang bisa diselamatkan jika dunia bertindak cepat dan serius.
Berikut langkah-langkah penyelamatan yang direkomendasikan para ahli mulai dari pemulihan terumbu karang (coral restoration), pengurangan polusi laut, penghentian penangkapan ikan berlebihan, pembiakan karang tahan panas (selective breeding), dan pengurangan emisi gas rumah kaca secara massif.
“Kita berada di wilayah tak dikenal. Masa depan terumbu karang bergantung pada tindakan kita hari ini,” ujar Dr. Britta Schaffelke, Koordinator GCRMN.
Schaffelke menekankan pentingnya riset berkelanjutan dan konservasi terfokus untuk menentukan strategi terbaik menyelamatkan ekosistem vital ini di tiap wilayah.
Pemutihan terumbu karang global bukan ancaman jauh di samudra sana — ini krisis yang mengancam pangan, ekonomi, dan kehidupan miliaran orang.
Tindakan berani hari ini menentukan apakah generasi mendatang masih bisa menikmati keajaiban terumbu karang esok. (MS Network)