LONDON – Kutub Utara yang selama ini dikenal tandus dan berselimut es, kini mulai berubah warna. Semak dan rumput merangsek maju, tundra yang dulu kaku perlahan menghijau. Di balik pemandangan yang tampak indah itu, para ilmuwan memperingatkan: ini adalah sinyal bahaya perubahan iklim yang nyata.
Dalam studi lintas negara selama 40 tahun, 54 ilmuwan memantau lebih dari 2.000 komunitas tumbuhan di 45 titik yang membentang dari Kanada, Alaska hingga Skandinavia. Hasilnya jelas — ekosistem Kutub Utara tengah bergeser, didorong suhu yang memanas empat kali lebih cepat dibanding rata-rata global. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal bergengsi Nature.
Isla Myers-Smith bersama tim penelitinya, Team Shrub, mendokumentasikan bagaimana tundra yang dulu keras dan dingin berubah drastis. Semak-semak willow tumbuh lebih tinggi dan padat, menyingkirkan lumut dan tanaman berbunga yang butuh ratusan tahun untuk bertahan hidup.
“Suhu yang menghangat dan musim tumbuh yang lebih panjang membuat semak tak terhentikan. Mereka menguasai lanskap,” jelas Mariana García Criado, peneliti dari Universitas Edinburgh, Kamis (1/5/2025).
Sekilas, penghijauan Arktik ini tampak seperti kabar baik. Namun, para ahli justru mengingatkan dampaknya bisa merusak keseimbangan ekosistem. Ketika semak mendominasi, tanaman lumut — sumber makanan utama karibu — perlahan menghilang.
“Kita bicara soal efek domino. Perubahan tumbuhan memicu perubahan di semua level — mulai dari satwa liar, ketahanan pangan masyarakat adat, hingga fungsi ekosistem keseluruhan,” tegas García Criado.
Kawanan karibu yang menggantungkan hidup pada tundra terbuka, kini terancam kehilangan habitat dan pakan alami mereka.
Temuan ini menjadi bukti bahwa perubahan ekosistem Kutub Utara adalah barometer nyata krisis iklim global. Daerah yang lebih dekat khatulistiwa memang menunjukkan keanekaragaman yang meningkat. Namun wilayah yang mengalami lonjakan suhu paling tinggi justru kehilangan banyak spesies — sebuah paradoks yang menegaskan betapa rapuhnya ekosistem Arktik.
“Arktik selalu jadi tempat penuh kejutan. Tapi satu hal pasti — perubahan iklim di sini adalah peringatan keras bagi kita semua,” ujar García Criado.
Apa yang terjadi di Kutub Utara tidak akan berhenti di sana. Perubahan pola vegetasi, hilangnya spesies, dan gangguan rantai makanan akan membawa dampak jangka panjang yang meluas, termasuk gangguan iklim, migrasi satwa liar, hingga ketidakstabilan ekosistem global.
Kini, lebih dari sebelumnya, dunia harus membuka mata: perubahan ekosistem Kutub Utara adalah sinyal krisis iklim yang tak bisa diabaikan. (TR Network)