MADRID – Negeri Spanyol dilanda banjir paling mematikan dalam tiga dekade terakhir. Pihak berwenang setempat mengatakan setidaknya 64 orang tewas setelah hujan deras menghantam wilayah timur Valencia, menyebabkan banjir yang menggenangi jalan-jalan dan kota-kota.
Dalam tayang stasiun televisi di Kota Utiel terlihat tim penyelamat menggunakan perahu karet menyisir banjir tengah kegelapan, menyelamatkan sejumlah orang. Sementara layanan darurat masih berusaha mencapai daerah-daerah yang paling terdampak bencana.
“Bagi mereka yang saat ini masih mencari orang-orang tersayang, seluruh Spanyol ikut berduka,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dalam pidatonya yang ditayangkan di televisi, Rabu (30/10/2024). Ia berjanji untuk membangun kembali jalan-jalan, alun-alun dan jembatan-jembatan yang rusak.
Pemimpin regional Valencia Carlos Mazon mengatakan sejumlah orang masih terjebak di lokasi-lokasi yang terisolasi. Valencia menyumbang hampir dua pertiga produksi jeruk di pemasok jeruk terbesar dunia.
“Bila (bantuan darurat) tidak datang bukan karena tidak adanya niat atau predisposisi tapi karena masalah akses,” kata Mazon di konferensi pers.
Ia menambahkan sejumlah daerah hampir tidak mungkin terjangkau. Pihak berwenang mengatakan setidaknya 62 orang tewas di Valencia sementara dua orang tewas dan beberapa lainnya masih hilang di Castilla La Mancha.
Korban jiwa dalam bencana banjir kali ini yang tertinggi di Eropa sejak 2021 ketika 185 orang tewas di Jerman. Selain itu, musibah ini menjadi banjir paling mematikan di Spanyol sejak 1996 ketika 87 orang tewas di dekat sebuah kota di Pegunungan Pyrenees.
Raja Filipe mengatakan badan layanan darurat Spanyol melakukan semua yang mereka bisa untuk membantu. Ia juga menyampaikan duka cita atas hilangnya banyak nyawa.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Eropa siap membantu. “Kami melihat kehancuran di Spanyol,” katanya di media sosial X.
Salah satu asosiasi petani terbesar di Spanyol, ASAJA mengatakan mereka memprediksi banjir akan menimbulkan kerusakan besar pada tanaman. Berdasarkan data Observatory of Economic Complexity, Spanyol merupakan eksportir jeruk segar dan kering terbesar di dunia.
Sementara menurut Institute Investigasi Pertanian Valencia, wilayah itu memasok 60 persen produksi citrus Spanyol. Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim mengakibatkan Eropa semakin sering dilanda cuaca ekstrem.
Para meteorolog mengatakan menghangatnya Laut Tengah yang akan meningkatkan penguapan air, memainkan peran penting yang membuat hujan deras semakin kuat. “Kejadian seperti ini, yang dulunya hanya terjadi beberapa dekade sekali, kini menjadi lebih sering terjadi dan daya rusaknya menjadi lebih besar,” kata meteorolog senior pemerintah dan anggota Asosiasi Meteorologi Spanyol Ernesto Rodriguez Camino.
Kenaikan Suhu Bumi
Ilmuwan menyatakan kenaikan suhu bumi akibat perubahan iklim menjadi pemicu bencana banjir bandang di Spanyol. Perubahan iklim membuat bencana semakin intensif.
“Tidak diragukan lagi gelombang ledakan air semakin intensif akibat perubahan iklim,” kata kepala kelompok ilmuwan internasional yang mempelajari pengaruh perubahan iklim pada peristiwa cuaca ekstrem di Imperial College London, Friederike Otto seperti dikutip BBC, Kamis (31/10/2024).
“Setiap sepersekian derajat pemanasan akibat bahan bakar fosil, atmosfer dapat menahan lebih banyak uap air, yang menyebabkan curah hujan lebih deras,” katanya.
Peneliti cuaca mengatakan kemungkinan besar tingginya curah hujan di Spanyol disebabkan peristiwa alami yang menghantam negara itu pada musim semi dan dingin. Peristiwa itu disebut “gota fría” atau fría atau DANA (Depresión Aislada en Niveles Altos). Fenomena meteorologi yang cukup unik dan sering terjadi di wilayah Mediterania, termasuk Spanyol. Fenomena ini bisa diibaratkan sebagai “tetesan dingin” yang turun dari atmosfer dan menyebabkan hujan deras dalam waktu singkat.
Peristiwa ini terjadi ketika di lapisan atmosfer yang tinggi, terdapat massa udara dingin yang terisolasi dari udara sekitarnya. Massa udara dingin ini kemudian turun ke lapisan atmosfer yang lebih rendah, menyebabkan suhu udara di sekitar menjadi lebih dingin.
Uap air di udara yang hangat dan lembab mengembun saat bertemu dengan udara dingin, membentuk awan tebal. Awan tebal ini kemudian melepaskan air dalam bentuk hujan deras yang sangat intens.
Para peneliti mengatakan perubahan iklim berdampak langsung pada jumlah hujan yang dibawa oleh awan-awan ini, menaikannya sebanyak 7 persen untuk setiap derajat pemanasan 1 derajat Celsius. Tingginya curah hujan menyebabkan tanah tidak mampu menyerap air dalam jumlah besar.
“Selain peningkatan curah hujan yang ekstrem, kita juga melihat musim panas yang lebih panas yang dapat memanggang tanah dan mengurangi kemampuannya untuk menyerap air,” kata Mark Smith, dari University of Leeds.
“Pada gilirannya, hal ini memperkuat efek langsung dari peningkatan intensitas curah hujan karena lebih banyak air yang masuk ke sungai,” tambahnya.
Ada juga perdebatan di antara para ilmuwan mengenai apakah dunia yang lebih hangat membuat badai-badai ini bergerak lebih lambat, yang akan mempengaruhi jumlah curah hujan yang mereka hasilkan. Tahun ini beberapa wilayah di dunia dilanda berbagai jenis badai dan kehancuran yang ditimbulkannya. Pada bulan September, Badai Boris menimbulkan kematian dan kehancuran di beberapa negara di Eropa Tengah, yang lagi-lagi diperparah dengan panasnya suhu udara di Mediterania.
Bencana yang bergerak lambat ini dikatakan oleh para ilmuwan sebagai bencana yang dua kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim. Di Spanyol, kurangnya peringatan yang tepat telah menimbulkan kritik bahwa seharusnya ada lebih banyak hal yang bisa dilakukan.