JAKARTA – Perubahan iklim kian menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi global, termasuk kawasan Asia-Pasifik.
Dalam Laporan Survei Ekonomi dan Sosial Asia-Pasifik 2025, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) mengungkapkan bahwa 11 negara di Asia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim dari sisi ekonomi makro.
Kabar baiknya, Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara yang paling rentan, menandakan ketahanan ekonomi Indonesia yang relatif lebih baik dalam menghadapi tantangan iklim.
Berdasarkan laporan ESCAP, negara-negara yang dikategorikan paling rentan meliputi: Afghanistan, Kamboja, Iran, Kazakhstan, Laos, Mongolia, Myanmar, Nepal, Tajikistan, Uzbekistan, Vietnam.
ESCAP mencatat bahwa ketidaksiapan dalam menghadapi guncangan iklim menjadi ancaman serius, terutama bagi negara-negara yang memiliki kapasitas fiskal dan institusional yang terbatas.
Laporan ESCAP juga menyoroti kesenjangan signifikan antar negara dalam kemampuan menghadapi krisis iklim. Meski kawasan Asia-Pasifik menyumbang sekitar 60% pertumbuhan ekonomi global pada 2024, banyak negara belum siap menghadapi risiko perubahan iklim serta tantangan transisi energi bersih.
Menurut Armida Salsiah Alisjahbana, Kepala ESCAP, “Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dan risiko iklim yang makin dalam menyulitkan para pembuat kebijakan fiskal dan moneter.”
Tantangan Ekonomi Makro dan Krisis Iklim
ESCAP menggarisbawahi bahwa isu iklim berkaitan erat dengan kondisi makroekonomi, termasuk perlambatan ekonomi, meningkatnya utang publik, dan ketegangan perdagangan global.
Beberapa negara memang telah mulai mengalokasikan dana untuk adaptasi perubahan iklim serta menerapkan kebijakan yang lebih berkelanjutan. Namun, masih banyak negara yang menghadapi tantangan seperti: keterbatasan kapasitas pengelolaan dana publik, pengetatan anggaran pemerintah, sistem ekonomi yang belum stabil.
Pertumbuhan Ekonomi Melambat di Negara Berkembang
Meski relatif kuat dibanding kawasan lain, pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia-Pasifik melambat menjadi 4,8% pada 2024, turun dari 5,2% pada 2023 dan 5,5% selama lima tahun sebelum pandemi Covid-19.
Sementara itu, negara kurang berkembang (LDCs) di kawasan ini mencatatkan pertumbuhan rata-rata hanya 3,7%, jauh dari target 7% pertumbuhan PDB tahunan yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 8. (TR Network)