BALI – Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia siap meluncurkan neraca sumber daya laut untuk mendukung tata kelola kelautan dan perikanan berkelanjutan berbasis data.
Implementasi neraca sumber daya laut ini dipandang urgen bagi negara-negara kepulauan, termasuk Indonesia.
“Saat ini dunia menghadapi tantangan yang sama dalam mengatasi pemanasan global, penangkapan ikan berlebih, pencemaran laut, konservasi spesies terancam punah, pembangunan perikanan berkelanjutan, dan pengelolaan area laut yang luas. Ocean accounts punya peranan penting dalam menjawab tantangan itu,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Prof. Rudy Heriyanto Adi Nugroho pada Dialog Global Pembangunan Laut Berkelanjutan ke-5 di Denpasar, Bali, Rabu, 3 Juli 2024.
Peluncuran Neraca Sumber Daya Laut Indonesia itu direncanakan pada puncak acara The 5th Global Dialogue on Sustainable Ocean Development yang berlangsung 5 Juli. Acara itu dihadiri sedikitnya enam menteri negara kepulauan, perwakilan 34 negara, lembaga riset internasional dan lokal, hingga pihak swasta yang tergabung dalam organisasi Global Ocean Accounts Patnership (GOAP).
Menurut Rudy, neraca sumber daya laut termasuk instrumen baru dalam tata kelola kelautan berkelanjutan. Untuk itu, penting digelar dialog global sebagai sarana pertukaran informasi, pengetahuan, hingga menyamakan pandangan dalam menyusun neraca sumber daya laut dengan praktik terbaik.
Di Indonesia sendiri, pengembangan neraca sumber daya laut sudah dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2021 di sejumlah wilayah konservasi dan wilayah perikanan.
“Dalam praktik neraca sumber daya laut ini, utamanya menciptakan pergeseran paradigma tata kelola laut berbasis data, manajemen laut berkelanjutan untuk masa depan yang sehat, produktif, dan inklusif, serta mempercepat kerjasama internasional untuk mewujudkan ekonomi laut yang berkelanjutan,” bebernya.
Senada dengan Rudy, Direktur GOAP Eliza Northop mengakui ancaman yang tengah dihadapi lautan saat ini imbas tingginya eksploitasi maupun polusi. Untuk itu perlu upaya bersama dalam melindungi laut, terlebih tingkat ketergantungan terhadap laut yang semakin tinggi.
Kehadiran neraca sumber daya laut dinilainya untuk mendukung pemanfaatan laut dan sumber dayanya dengan cara yang lebih bertanggung jawab. Apalagi, Indonesia termasuk negara yang menjadi percontohan dalam penyusunan neraca sumber daya laut.
“Dengan pengetahuan, pengalaman dan data, kita dapat menjawab banyak tantangan pada tata kelola kelautan. Indonesia adalah contoh global, dan saya harap akan banyak mendapat informasi mengenai hal-hal tadi di sini,” ujar Eliza Northop.
Sebagai informasi, neraca sumber daya laut merupakan kumpulan informasi berupa peta, data, statistik, dan indikator tentang lingkungan laut dan pesisir, yang terstruktur, konsisten dan dapat dibandingkan. Termasuk di dalamnya informasi mengenai keadaan sosial, aktivitas ekonomi, hingga alur rantai pasokan supplier seafood.
Neraca sumber daya laut digunakan untuk mengukur status dan nilai moneter asset laut, mengukur aliran barang dan jasa dari laut ke ekonomi, mengukur dampak kegiatan ekonomi terhadap ekosistem laut, meningkatkan kualitas tata kelola dan kebijakan (tata ruang, konservasi, investasi, partisipasi), memonitor, tracking dan pelaporan capaian/kinerja. (TR Network)