SYDNEY – Sebuah studi terkini dari University of New South Wales (UNSW Sydney) mengungkap fakta mencengangkan: dampak perubahan iklim terhadap ekonomi global jauh lebih parah dari yang diperkirakan sebelumnya. Bila tidak segera ditangani, pemanasan global berpotensi memangkas Produk Domestik Bruto (PDB) dunia hingga 40 persen pada akhir abad ini.
Studi yang dipimpin oleh ekonom Timothy Neal dari UNSW Sydney ini menganalisis dampak cuaca ekstrem global terhadap perekonomian. Dalam temuan yang dirilis oleh Energy Live News, 7 April 2025, disebutkan bahwa sebagian besar model ekonomi konvensional terlalu menyederhanakan risiko perubahan iklim. Model-model ini hanya mempertimbangkan dampak lokal cuaca ekstrem terhadap negara tertentu, tanpa memperhitungkan keterkaitan ekonomi global seperti rantai pasok, perdagangan internasional, dan produksi pangan.
Akibatnya, prediksi sebelumnya yang menyebut kenaikan suhu 3°C hanya akan menyusutkan ekonomi global sebesar 11 persen, ternyata sangat meleset. Studi terbaru menyatakan kerugian bisa mencapai 40 persen, mengancam stabilitas ekonomi seluruh dunia — tanpa terkecuali.
Penelitian ini juga membantah anggapan bahwa negara-negara beriklim dingin seperti Rusia atau kawasan Eropa Utara akan diuntungkan oleh perubahan iklim. Faktanya, tidak ada negara yang aman dari dampak ekonomi akibat pemanasan global yang memperparah bencana seperti badai, kekeringan, banjir, hingga gelombang panas.
Bencana-bencana tersebut menghambat produktivitas, memperlambat perdagangan, dan mengganggu produksi pangan. Ketika kejadian ekstrem terjadi serentak di berbagai belahan dunia, kemampuan negara-negara untuk bangkit juga ikut menurun drastis.
Target Emisi yang Lebih Ambisius, Ekonomi Lebih Stabil
Selama ini, banyak model ekonomi yang menyarankan agar pemangkasan emisi tidak dilakukan secara agresif demi menjaga pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Namun, studi Neal menunjukkan bahwa menahan kenaikan suhu di bawah 1,7°C — sesuai target ambisius Perjanjian Paris — justru memberi manfaat ekonomi jangka panjang yang jauh lebih besar dibanding proyeksi saat ini yang membolehkan suhu naik hingga 2,7°C.
Temuan ini menambah daftar panjang bukti bahwa dampak perubahan iklim terhadap ekonomi global selama ini diremehkan. Meskipun pengurangan emisi gas rumah kaca memerlukan investasi besar, biaya kegagalan dalam mengatasi krisis iklim akan jauh lebih mahal dan melumpuhkan perekonomian global secara keseluruhan. (TR Network)