JAKARTA – Indonesia menyimpan potensi uranium yang besar dan strategis, yang dapat menjadi kunci ketahanan energi masa depan di tengah meningkatnya permintaan global terhadap energi bersih dan teknologi canggih. Eksplorasi sumber daya uranium Indonesia kini menjadi sorotan, seiring dengan kemajuan teknologi eksplorasi mineral radioaktif yang terus berkembang.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR), baru-baru ini menggelar webinar bertajuk Advancing Technology in REE-Associated Radioactive Mineral Exploration. Acara ini membahas peluang dan tantangan dalam eksplorasi mineral radioaktif, termasuk uranium yang berkaitan erat dengan unsur tanah jarang (Rare Earth Elements).
Kepala PRTBNLR BRIN, Maman Kartaman Ajiriyanto, menegaskan komitmen BRIN dalam mendorong pengembangan teknologi eksplorasi uranium Indonesia.
“Pemanfaatan uranium sebagai sumber daya strategis akan menjadi pondasi penting bagi kemandirian energi nasional,” ujarnya dikutip dari siaran BRIN yang dimonitor Jumat (2/5/2025).
Dalam paparannya, Peneliti Ahli Madya BRIN, Ngadenin, menjelaskan bahwa eksplorasi uranium Indonesia telah dimulai sejak era 1970-an.
“Eksplorasi uranium pertama kali dilakukan di Kalimantan oleh BATAN, bekerja sama dengan Commissariat à l’Énergie Atomique (CEA) Prancis,” jelasnya.
Metode eksplorasi uranium yang digunakan meliputi survei geologi, radiometri, sampling geokimia, pengeboran, hingga estimasi sumber daya. Seiring waktu, teknologi eksplorasi pun berkembang.
Sejak 2011, Indonesia mulai menggunakan alat Gamma-ray Spectrometer RS-125, yang mampu membedakan kandungan uranium, torium, dan kalium dalam batuan dengan lebih akurat.
Hasil eksplorasi uranium Indonesia menunjukkan adanya mineralisasi uranium yang tersebar di berbagai wilayah strategis.
“Sumber daya uranium ditemukan di Aceh, Sibolga (Sumatera Utara), Lampung, Kalan, Ella Hilir, Nanga Bulit (Kalimantan Barat), Mentawa dan Darab (Kalimantan Tengah), Kawat (Kalimantan Timur), serta Mamuju (Sulawesi Barat),” ungkap Ngadenin.
Berdasarkan data hingga 2018, total sumber daya uranium yang berhasil diidentifikasi di Indonesia diperkirakan mencapai 81.090 ton.
Keberadaan sumber daya uranium Indonesia ini membuka peluang besar bagi pengembangan energi nuklir dalam negeri, baik untuk pembangkit listrik maupun aplikasi teknologi lainnya. Selain itu, uranium juga berperan penting dalam pengolahan rare earth elements yang menjadi komponen vital dalam industri teknologi tinggi.
Webinar ini juga menghadirkan Dr. Gilljae Lee, peneliti dari Korea Institute of Geoscience and Mineral Resources (KIGAM), yang membagikan pengalaman eksplorasi mineral radioaktif di Korea Selatan dan Turkiye. Ia menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam pengembangan teknologi eksplorasi uranium dan tanah jarang.
Hasil diskusi dalam webinar ini diharapkan menjadi landasan penguatan kolaborasi riset dan transfer teknologi, guna memastikan pemanfaatan sumber daya uranium Indonesia yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. (TR Network)