PADANG – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Danau Singkarak, Sumatra Barat, menghadirkan langkah besar dalam pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Proyek ini tidak hanya dirancang untuk mendukung transisi menuju energi hijau dan bersih, tetapi juga memastikan kelestarian ekosistem Danau Singkarak yang menjadi rumah bagi spesies endemik, seperti ikan bilih (Mystacoleucus padangensis).
Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dilibatkan secara langsung sebagai pengawas sekaligus mitra riset utama dalam mitigasi potensi dampak lingkungan.
“BRIN dilibatkan untuk memastikan PLTS terapung ini ramah lingkungan, sekaligus menjaga kelestarian habitat alami, termasuk ikan bilih. Fokus kami bukan untuk menilai apakah Danau Singkarak tercemar, tetapi untuk menciptakan solusi teknologi yang selaras dengan pelestarian lingkungan,” kata Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Ivana Yuniarti selaku narasumber Sosialisasi Pembangunan PLTS Danau Singkarak, Selasa, 21 Januari lalu.
Ivana menekankan bahwa penelitian dan pengawasan yang dilakukan oleh BRIN sepenuhnya berbasis data ilmiah yang akurat dan independen. Tidak ada pengaruh atau arahan dari pihak pengelola PLTS dalam proses ini. Kolaborasi BRIN bertujuan untuk memastikan bahwa pengembangan PLTS ini tidak hanya menjadi solusi energi bersih, tetapi juga mendukung kelestarian lingkungan Danau Singkarak, termasuk spesies ikonik seperti ikan bilih.
“Penelitian ini dilakukan tanpa intervensi dari pihak mana pun. Data yang kami hasilkan akan menjadi dasar untuk memastikan bahwa PLTS terapung di Danau Singkarak benar-benar ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Ivana.
Selain itu, BRIN juga berkomitmen untuk menjadikan hasil penelitian ini lebih inklusif dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Minang. Langkah ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat lokal memahami dampak dan manfaat proyek PLTS bagi lingkungan dan ekonomi mereka.
Langkah Awal: Pemantauan Intensif Kualitas Air dan Ekosistem
Sebagai bagian dari penelitian awal, BRIN telah memulai pemantauan menyeluruh terhadap berbagai parameter kualitas air di Danau Singkarak. Parameter ini meliputi penetrasi cahaya, profil suhu vertikal, distribusi oksigen terlarut, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) yang mengukur kadar oksigen yang dibutuhkan untuk proses perombakan bahan organik dan anorganik. Penelitian juga mencakup kelimpahan absolut populasi dan pola pergerakan lokal ikan bilih.
Selain itu, perhatian khusus juga diberikan pada organisme makrobentik—biota yang hidup di dasar danau—karena panel surya terapung dapat memengaruhi habitat mereka. Risiko lain, seperti pencemaran akibat biofoulant (lapisan yang menempel pada panel surya), turut menjadi fokus. BRIN bahkan telah mempersiapkan mitigasi risiko dengan merekomendasikan penggunaan bahan biofoulant yang ramah lingkungan untuk menghindari dampak negatif terhadap ekosistem.
“Luas area yang digunakan untuk PLTS hanya 0,45 persen dari total luas Danau Singkarak. Meski demikian, kami tetap melakukan pengamatan intensif untuk memastikan tidak ada dampak signifikan terhadap ekosistem perairan,” tegas Ivana.
Danau Singkarak sendiri merupakan danau terluas kedua di Sumatra setelah Danau Toba, dengan luas permukaan sekitar 108 kilometer persegi. Danau ini membentang di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, serta menjadi habitat penting bagi berbagai spesies endemik, termasuk ikan bilih yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis tinggi.
PLTS Sebagai Habitat Buatan Ikan Bilih
Sebagai bagian dari langkah mitigasi, PLTS terapung ini dirancang tidak hanya untuk menghasilkan energi bersih, tetapi juga menciptakan habitat buatan yang mendukung kehidupan ikan bilih. Panel surya akan dipasang sekitar 50 meter dari bibir danau, sementara area di sekitar PLTS akan diubah menjadi taman terapung alami. Taman ini tidak hanya mempercantik kawasan danau, tetapi juga berfungsi sebagai tempat bertelur, memijah, dan mencari makan bagi ikan bilih.
“Kami memastikan area di antara panel surya dikembangkan menjadi wilayah habitat alami ikan bilih dengan memanfaatkan tanaman lokal. Tanaman ini turut berperan penting dalam menjaga kadar oksigen di perairan,” jelas Ivana.
Namun, Ivana juga menegaskan bahwa tim BRIN tetap mengantisipasi potensi penurunan kadar oksigen yang mungkin terjadi akibat berkurangnya penetrasi cahaya ke dalam air. Jika diperlukan, teknologi seperti microbubble—gelembung mikro yang dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut—akan diimplementasikan untuk mengatasi masalah tersebut.
Manfaat Ekologi, Sosial, dan Pariwisata
Pendekatan inovatif tidak hanya bertujuan menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya taman terapung yang dihiasi bunga-bunga, kawasan PLTS ini diharapkan menjadi daya tarik wisata baru di Danau Singkarak. Akar dari tanaman terapung tersebut juga akan menjadi habitat tambahan bagi ikan dan organisme lain di perairan.
“Kami berharap langkah ini tidak hanya memperkuat upaya pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata Danau Singkarak. Dengan begitu, masyarakat lokal bisa merasakan manfaat ekonomi dari proyek ini,” ungkap Ivana.
Pada saat yang sama, BRIN bersama pihak pemangku kepentingan juga mendorong dialog terbuka dengan para nelayan yang terdampak. Pendekatan ini bertujuan mencari solusi yang saling menguntungkan tanpa memaksa nelayan mengganti mata pencahariannya.
“Dialog harus dibuka agar semua pihak dapat merasakan manfaat dari proyek ini. Tidak ada yang dirugikan, dan semua kebutuhan masyarakat harus dipertimbangkan,” tambah Ivana.
Melalui pendekatan berbasis riset dan inovasi, PLTS terapung di Danau Singkarak diharapkan menjadi proyek percontohan yang mengintegrasikan teknologi energi terbarukan dengan pelestarian lingkungan. Proyek ini tidak hanya menjadi solusi energi bersih bagi Indonesia, tetapi juga menempatkan negara ini sebagai pemimpin dalam pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
“Ini adalah langkah besar menuju masa depan energi hijau yang selaras dengan pelestarian lingkungan. Kami berharap proyek ini dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan energi terbarukan lainnya di Indonesia,” pungkas Ivana.
Dengan desain yang inovatif, PLTS terapung Danau Singkarak tidak hanya menjadi simbol transisi energi bersih di Indonesia, tetapi juga bukti nyata bahwa teknologi dapat berjalan seiring dengan pelestarian alam dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. (TR Network)