NEW YORK – World Meteorological Organization (WMO) melaporkan tahun 2023 merupakan tahun terkering untuk sungai-sungai di dunia dalam tiga dekade terakhir. Banyak wilayah di dunia yang mengalami kekeringan berkepanjangan pada tahun terpanas yang pernah tercatat.
WMO juga mengatakan gletser yang mengalirkan air ke sungai-sungai di banyak negara juga mengalami penurunan massa terbesar dalam lima dekade terakhir. Lembaga cuaca PBB itu memperingatkan pencairan lapisan es dapat mengancam ketahanan air jangka panjang bagi jutaan orang di seluruh dunia.
“Air adalah tanda bahaya di tengah perubahan iklim. Kami menerima sinyal-sinyal bahaya dalam bentuk semakin tingginya curah hujan ekstrem, banjir, dan kekeringan yang menghancurkan banyak kehidupan, ekosistem dan ekonomi,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo pada Senin, 7 Oktober 2024.
Laporan “State of Global Water Resource 2023” mencakup sungai, danau, waduk, air tanah, kelembaban tanah, cadangan air, lapisan salju, gletser serta penguapan air dari tanah dan tanaman. WMO mengutip data dari UN Water yang mengatakan sekitar 3,6 juta orang akan kekurangan akses ke air setidaknya selama satu bulan setiap tahun. Angka ini diperkirakan bertambah menjadi 5 juta orang pada tahun 2050. WMO mengatakan 70 persen air yang digunakan manusia dari sistem hidrologi dipakai untuk pertanian.
Tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Musim panas tahun ini juga menjadi musim panas terpanas sehingga terdapat kemungkinan 2024 akan memecahkan rekor sebagai tahun terpanas.
“Dari 33 tahun data terakhir, belum pernah ada area seluas ini di seluruh dunia yang berada dalam kondisi kering,” kata Direktur Hidrologi, Air dan Kriosfer WMO Stefan Uhlenbrook.
Laporan tersebut mengatakan kekeringan melanda sebagian besar selatan Amerika Serikat (AS), Amerika Tengah dan negara-negara Amerika Selatan seperti Argentina, Brasil, Peru dan Uruguay. WMO mengatakan aliran sungai di Amazon dan di Danau Titicaca di perbatasan antara Peru dan Bolivia juga mencapai titik terendah yang pernah tercatat.
WMO mengatakan aliran lembah Sungai Mississippi berada di titik terendahnya dalam sejarah. WMO mengatakan tahun lalu separuh sungai di dunia mengalami kondisi kering. Data untuk tahun 2024 belum tersedia.
Namun, Uhlenbrook mengatakan musim panas yang sangat terik, sangat mungkin aliran sungai tahun ini juga mengalami penurunan.
“(Dan) di banyak bagian dunia, kami memperkirakan semakin banyak wilayah yang mengalami kelangkaan air,” katanya.
Penurunan tinggi permukaan air sungai berdampak pada lalu lintas transportasi air di Brasil dan menyebabkan krisis pangan di Zimbabwe dan daerah lain di Afrika bagian selatan tahun ini. WMO mendesak pengumpulan dan pembagian data sumber daya air diperbaiki untuk membantu negara dan masyarakat mengambil tindakan. (UN News)