YOGYAKARTA – Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN menyelenggarakan The International Conference on Food and Agricultural Sciences (ICFAS 2023) untuk mencari strategi baru dari sudut pandang peneliti, dosen, teknisi, pelajar, dan praktisi dalam upaya mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim untuk pangan dan pertanian.
Pasalnya, perubahan iklim telah mengubah pola produksi pangan yang bersumber dari aktivitas pertanian menjadi tidak optimal. Selain itu, produksi bahan pangan juga menjadi terganggu dengan adanya cekaman lingkungan baik akibat iklim maupun sumber penyakit baru. Ancaman ini terjadi secara global termasuk juga di Indonesia. Sehingga berdampak pada pentingnya memiliih strategi-strategi baru pada proses produksi, distribusi, dan pengolahan sumber pangan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk.
Kegiatan ICFAS ini dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring) pada 12-14 Desember 2023, di Hotel Grand Rohan, Yogyakarta dengan melibatkan 12 negara dari empat benua (selain Afrika) sebagai pemakalah, presenter, peserta dan pembicara.
ICFAS 2023 merupakan konferensi tahun kedua yang diselenggarakan. Forum ini menjadi ajang pertukaran informasi mengenai penelitian terkini dengan tujuan untuk membangun dan memperkuat kerjasama ilmiah antar lembaga penelitian.
ICFAS 2023 juga memiliki misi untuk mewujudkan salah satu tujuan BRIN, yaitu mewujudkan temuan, terobosan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dari hasil-hasil penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi pelaksanaan penelitian guna meningkatkan produktivitas dan daya saing khususnya di bidang teknologi produk pertanian dan pangan.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari menyatakan bahwa kegiatan ICFAS 2023 dapat menjadi tempat pembelajaran terhadap terobosan terbaru dalam pertanian berkelanjutan yang menjadikan sistem pangan Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi tantangan iklim.
“ICFAS 2023 menjadi media untuk menyaksikan inovasi mutakhir dalam merevolusi cara kita memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi makanan. Partisipasi peneliti, dosen, teknisi, pelajar, dan praktisi dapat berkontribusi pada gerakan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan dapat mengembangkan strategi untuk memerangi perubahan iklim sekaligus memastikan ketahanan pangan secara bersama-sama,” jelas Puji.
Acara ini juga didukung oleh berbagai stakeholder industri bidang pertanian dan pangan yang mengisi mini-pameran sebagai pendukung kegiatan. Selain itu, sebagai acara tambahan diselenggarakan pula kegiatan workshop terkait perkembangan teknologi deteksi halal serta kegiatan kunjungan ke industri/UMKM yang menjadi mitra BRIN di area Yogyakarta pada hari ketiga.
Melalui ICFAS 2023 para delegasi diajak untuk menyelami inovasi teknologi maju pertanian dan pangan termasuk agronomi, smart farming, teknologi dan proses pangan, teknologi pra-panen dan pasca-panen, agronomi, dan keamanan pangan dengan 11 sub tema konferensi yaitu: Teknologi dan Proses Pangan, Keamanan Pangan, Pangan Fungsional, Mikrobiologi dan Bioteknologi Pertanian dan Pangan, Agronomi, Pembenihan Tanaman, Genetik dan Bioteknologi, Perlindungan Tanaman, Ilmu Tanah, Teknologi tepat Guna, Produksi Peternakan, Agroindustri. (TR Network)