JENEWA – Badan Meteorologi PBB (WMO) mengatakan terdapat kemungkinan 50 persen La Nina akan terbentuk dalam tiga bulan mendatang. Namun apabila itu terjadi, La Nina akan relatif lemah dan sebentar.
Pola cuaca La Nina terjadi ketika permukaan air laut mendingin dan dapat memberi jeda pada tingginya suhu bumi yang terjadi di tahun 2024, tahun terpanas yang pernah tercatat.
Dalam pernyataannya, WMO mengatakan terdapat peluang 55 persen transisi La Nina terjadi antara Desember 2024 sampai Februari 2025. Turun dari prediksi sebelumnya bulan September lalu yang sebesar 60 persen.
“Bahkan bila La Nina terbentuk, dampak pendinginannya yang sebentar tidak akan cukup menyeimbangkan dampak pemanasan gas rumah kaca yang terjebak di atmosfer,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo, Rabu (11/12/2024).
Sementara itu, dalam prospek cuaca mingguan periode 10-17 Desember 2024, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan sejumlah fenomena atmosfer diperkirakan mempengaruhi pola cuaca di Indonesia. Fenomena atmosfer ini meningkatkan potensi hujan lebat, terutama di wilayah yang tengah memasuki puncak musim hujan.
BMKG memperingatkan terdapat dua bibit siklon tropis terpantau di Samudra Hindia barat daya Lampung, dan Samudra Hindia Selatan Pulau Sumba. Sedangkan Suspect Area di Laut Timor sebelah barat daya Kepulauan Tanimbar.
“Selain itu sirkulasi siklonik terdeteksi di Laut Natuna Utara Kalimantan. Baik bibit siklon tropis, Suspect Area, dan sirkulasi siklon memperkuat dengan meningkatkan pengangkatan massa udara, yang mempermudah pembentukan awan hujan berintensitas tinggi di wilayah sekitarnya,” kata BMKG.
BMKG menjelaskan sirkulasi siklonik meningkatkan potensi curah hujan signifikan menjadi lebih tinggi di daerah-daerah terdampak, sehingga masyarakat di wilayah tersebut perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan cuaca.
“Seiring dengan memasuki pertengahan Desember, curah hujan masih tinggi yang berdampak pada bencana hidrometeorologi, banjir, genangan air, atau tanah longsor, menjadi ancaman bagi sebagian besar penduduk Indonesia di daerah-daerah rawan,” kata BMKG.
BMKG memperingatkan perhatian juga harus diberikan pada daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang sedang aktif, karena hujan sangat lebat dapat meningkatkan risiko banjir lahar di kawasan tersebut. (TR Network)